SIM DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MSDM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sistem informasi manajemen telah
menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat operasional
(pelaksana teknis) maupun pimpinan pada semua jenjang. Perkembangan ini juga
telah menyebabkan perubahan-perubahan peran dari para manajer dalam pengambilan
keputusan, mereka dituntut untuk selalu dapat memperoleh informasi yang paling
akurat dan terkini yang dapat digunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
Selaras dengan perkembangan zaman, Sondang menyampaikan
bahwa dalam pengelolaan sumber daya manusia secara efektif, setiap organisasi
mutlak perlu menciptakan suatu sistem informasi sumber daya manusia[1].
Oleh karena itu perkembangan sistem informasi akan dapat diimbangi dengan
adanya sumber daya manusia. Namun harus tetap diwaspadai bahwa dalam setiap
perubahan perlu adanya pengawasan yang cermat dari pihak-pihak terkait.
Sehingga tetap perlu adanya pihak yang memiliki wewenang lebih tinggi dari
sekedar sumber daya manusia, maka perlu adanya manajer yang mengatur manajemen
dalam lembaga tersebut. Berikut disebut dengan sistem informasi manajemen
sumber daya manusia.
Adanya sistem informasi manajemen sumber daya manusia dibangun untuk membantu berjalannya organisasi, dimana didalamnya tercantum perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian. Secara akurat sistem informasi manajemen harus mampu memberikan informasi mengenai kondisi riil organisasi sehingga mampu menunjang peningkatan kualitas suatu organisasi atau lembaga dalam bidang teknologi maupun sumber daya manusia.
Dalam makalah ini, topik-topik yang dibahas antara lain
berkenaan dengan bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dikaitkan dengan
pentingnya atau bantuannya dalam proses pengambilan keputusan manajemen. Selain
itu dibahas pula mengenai perkembangan dari sistem informasi manajemen,
tahap-tahap pengembangan sistem, dan peran penting dari sistem pendukung untuk
pengambilan keputusan.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa definisi dari Sistem Informasi dan seperti apa
perkembangannya ?
2.
Bagaimana
konsep Pengambilan
Keputusan?
3.
Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan?
4.
Bagaimana peran serta pengaruh Sistem
Informasi dalam Pengambilan Keputusan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui definisi dari Sistem Informasi dan perkembangannya.
2.
Untuk mengetahui bagaimana
konsep Pengambilan Keputusan.
3.
Untuk Mengetahui bagaimana proses Pengambilan
Keputusan.
4.
Untuk mengetahui bagaimana peran serta pengaruh Sistem Informasi dalam
Pengambilan Keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Informasi dan Perkembangannya
Sejak permulaan peradaban, orang bergantung pada sistem
informasi untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain dengan menggunakan
berbagai jenis instrumen/ alat fisik (hardware), perintah dan prosedur
pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data
yang disimpan (sumber daya data).
1.
Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari
bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan
dalam suatu lingkungan kompleks.[2]
Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan bahwa adanya bagian dan hubungan
antar bagian tersebut (kerja sama). Selain itu sistem berupaya untuk mencapai
tujuan dimana upaya pencapaian tujuan ini akan menimbulkan dinamika, perubahan
yang terus menerus perlu dikembangkan dan dikendalikan.
Pengertian sistem juga disampaikan oleh beberapa ahli
sebagaimana yang dikutip oleh Eti Rochaety sebagai berikut:
a.
Sistem adalah seperangkat unsur yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi dalam satu lingkaran tertentu. (Ludwig, 1997)
b.
Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan untuk
mencapai suatu tujuan. (A. Rapoport, 1997)
c.
Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling mempengaruhi. (L. Ackof, 1997)
d.
Sistem merupakan bagian-bagian yang beroperasi secara bersama-sama
untuk mencapai beberapa tujuan. (Gordon B. Davis, 1995)
e.
Sistem yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi untuk mencapai
suatu tujuan. (Raymond McLeod, 2001)
f.
Ryan (1968) System is any identifiable asswemblage of element
(object, person, activities, information records, etc) wich are interrelated
by proces or stucture and wich are presumed to function as an
organizational entity generating on observable (or sometimes merely
inferable) product.
g.
William A. Shorde (1995) dalam bukunya Organization and Management
menyebutkan ada sekitar enam siri sebuah sitem, yaitu perilaku berdasarkan
tujuan tertentu, keseluruhan, keterbukaan, teerjadii transformasi, terjadi
korelasi, memiliki mekanisme kontrol artinya terdapat kekuatan yang
mempersatukan dan mempertahankan sistem yang bersangkutan.
h.
Menurut Budi Sutedjo (2002) sistem adalah kumpulan elemen yang
saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha
mencapai suatu tujuan.[3]
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan pengertian sistem
adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan, saling berpengaruh,
saling terintegrasi, dan beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dalam suatu kompleks.
Sedangkan sifat-sifat dasar dari suatu sistem adalah:
a.
Pencapaian tujuan, orientasi pencapaian tujuan akan memberikan
sifat dinamis kepada sistem, memberi ciri perubahan yang terus menerus dalam
usaha mencapai tujuan.
b.
Kesatuan usaha, mencerminkan suatu sifat dasar dari sistem, dimana
hasil keseluruhan melebihi dari jumlah bagian-bagiannya atau sering disebut
konsep sinergi.
c.
Keterbukaan terhadap lingkungan, lingkungan merupakan sumber
kesempatan maupun hambatan pengembangan. Keterbukaan terhadap lingkungan
membuat penilaian terhadap suatu sistem menjadi relatif atau yang dinamakan equifinality
atau pencapaian tujuan suatu sistem tidak mutlak harus dilakukan dengan
satu cara terbaik. Tetapi pencapaian tujuan suatu sistem dapat dilakukan
melalui berbagai cara sesuai dengan tantangan lingkungan yang dihadapi.
Gambar 1.1 Proses
transformasi input menjadi output[4]
e.
Hubungan antar bagian, kaitan antara subsistem inilah yang akan
memberikan analisis sistem, suatuu dasar pemahaman yang luas.
f.
Sistem ada berbagai macam, antara lain sistem terbuka, sistem
tertutup, dan sistem dengan umpan balik.
g.
Mekanisme pengendalian, mekanisme ini menyangkut sistem umpan
balik yang merupakan suatu bagian yang memberi informasi kepada sistem mengenai
efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian tujuan atau pemecahan persoalan
yang dihadapi.
Gambar 1.2 Skema proses transformasi sistem dengan
mekanisme pengendalian[5]
Jenis sistem secara umum terdiri dari sistem terbuka
dan sistem tertutup (Open-Loop and Closed-Loop System). Sistem terbuka
adalah sistem yang tidak memiliki sasaran, pengendalian mekanis, dan umpan
balik. Sedangkan sistem tertutup yaitu sistem yang memiliki sasaran,
pengendalian mekanis, dan umpan balik. Kedua jenis sistem tersebut dapat
dilihat dalam gambar dibawah ini:
Dari kedua jenis sistem tersebuut dapat dibedakan
secara jelas bahwa sistem terbuka tidak memiliki sasaran, kontrol mekanisme,
maupun umpan balik. Sebaliknya untuk jenis sitem tertutup masing-masing
memiliki sasaran yang jelas, pengendalian mekanisme dan umpan balik.
Pada era reformasi seperti sekarang ini, informasi
sudah menyentuh seluruh segi kehidupan baik individual, kelompok, maupun
organisasi. Ditingkat individu aneka ragam informasi dibutuhkan seperti
kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, maupun jenis produk
atau jasa lainnya. Suatu system informasi ada karena digunakan untuk
memproduksi informasi dan atau mendukung atau mengotomatiskan kerja yang
dilakukan oleh sistem-sistem kerja.[7] Beberapa pakar mengemukakan pendapatnya dalam
menjelaskan tentang pengertian informasi, sebagimana yang telah dikutip oleh
Eti Rochaety berikut ini:
a.
Adapun pengertian tentang informasi, yaitu data yang telah
diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan memiliki
nilai nyata yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan saat ini maupun
saat mendatang (Gordon B. Davis, 1995)
b.
Sedangkan informasi menurut Budi Sutedjo (2002:168) merupakan
hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi
bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan dan
dibutuhkan dalam pemahaman fakta-fakta yang ada.
c.
Informasi yaitu sebuah pernyataan yang menjelaskan suatu peristiwa
(suatu objek atau konsep) sehingga mannusia dapat membedakan sesuatu dengan
yang lainnya (Samuel Elion, 1992).[8]
Sehingga pengertian informasi merupakan kempulan data
yang telah diolah, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif dan memiliki
arti lebih luas. Dalam informasi, manusia memerlukan bantuan teknologi sebagai
sarana untuk mencari maupun untuk menyebarkan informasi kepada banyak pihak
pihak yang dirasa perlu. Selain mengetahui informasi manusia perlu juga
mengenal teknologi informasi, apalagi pada era reformasi seperti sekarang
dimana kecanggihan teknologi bisa sangat membantu mempermudah pekerjaan
manusia.
Secara umum, sistem informasi adalah kombinasi
teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi untuk
mendukung operasi dan manajemen. Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah
istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat,
mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI
menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan
video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi,
tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam
modern (misalnya ponsel).[9]
Istilah tersebut
tidak terbatas hanya digunakan pada penggunaan organisasi teknologi informasi
dan komunikasi (TIK), namun mencakup orang yang berinteraksi dengan teknologi
dalam rangka mendukung proses bisnis seperti dalam pengolahan dana keyangan dan
atau pelayanan perbankan.
Difinisi lain sistem informasi adalah berikut :
a.
Turban, McLean, dan Wetherbe (1999)
Sistem informasi adalah sebuah sistem informasi yang
mempunyai fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan
menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik.
b.
Bodnar dan HopWood (1993)
Sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan
lunak yang
dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna.
dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna.
c.
Alter (1992)
Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur
kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk
mencapai tujuan dalam sebuah perusahaan.
Definisi lain mengatakan sistem informasi merupakan
suatu kombinasi
teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Sistem informasi adalah satu kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan. Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu.
teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Sistem informasi adalah satu kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan. Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu.
Dengan demikian, sistem informasi merupakan proses
menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan
menyebarkan informasi untuk kepentingan tertentu. Komponen sistem informasi
disebut blok (building block), terdiri dari 9 (sembilan) komponen,
yaitu:
a.
Komponen input
Merupakan
data yang masuk dalam sistem informasi, termasuk metode dan media untuk
mengakomodir data yang akan dimasukkan, dapat berupa dokumen dasar.
b.
Komponen model
Komponen
model terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan
menganalisa data input yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah
ditentukan guna menghasilkan output yang diinginkan.
c.
Komponen output
Merupakan
hasil dari informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua
pemakai sistem.
d.
Komponen teknologi
Teknologi
merupakan “tool box” dalam sistem informasi yang digunakan untuk
menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan
dan mengirimkan output, dan membantu pengendalian dari sistem secara
keseluruhan.
e.
Komponen hardware
Hardware
berfungsi sebagai suatu media penyimpanan bagi sistem
informasi, yaitu tempat menyimpan database atau sebagai sumber data dan
informasi dalam rangka memperlancar dan mempermudah bekerjanua sistem informasi.
f.
Komponen software
Software
berfungsi sebagai alat untuk mengolah, menghitung dan
memanipulasi data yang diambil dari hardware dalam rangka menciptakan
informasi.
g.
Komponen basis data (database)
Basis
data (database) merupakan kumpulan data yang memeiliki keterkaitan dan
hubungan satu dengan lain yang tersimpan dalam perangkat keras komputer dan
menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Penyimpanan databased untuk
mendukung penyediaan informasi lebih lanjut. Data dalam basis data perlu
diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas.
Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas
penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat
lunak paket yang disebut DBMS (Database Management System).
h.
Komponen kontrol
Komponen
kontrol digunakan sebagai pengendali dalam rangka menditeksi timbulnya beberapa
hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti temperatur, api, air, debu,
kecurangan, bencana alam, dan kegagalan system. Sehubungan dengan hal dimaksud,
pengendalian harus dirancang agar dapat meyakinkan bahwa sesuatu hal yang dapat
merusak sistem dapat dicegah dan apabila telah terjadi kesalahan dapat segera
diatasi (action).
i.
Komponen Jaringan
Dalam
rangka menghubungkan perangkat keras komputer dengan sebuah sistem diperlukan
media untuk menghubungi antara hardware dan software. Komponen
jaringan terdiri dari hardware dan software jaringan. Hardware
berupa penghubung jaringan (Network Interface Card), media
penghubung jaringan, HUB (konsentrator), repeater, bridge, dan router.
Sedangkan komponen software jaringan berupa sistem operasi jaringan,
network adapter drive, dan protokol jaringan.
Perkembangan sistem informasi melalui alat pengolah data dari
sejak jaman purba sampai saat ini bisa kita golongkan ke dalam empat golongan
besar, yaitu:
a.
Peralatan manual, yaitu peralatan pengolahan data yang sangat
sederhana, dan faktor terpenting dalam pemakaian alat adalah menggunakan tangan
manusia.
b.
Peralatan mekanik, yaitu peralatan yang sudah berbentuk mekanik
yang digerakkan dengan tangan secara manual.
c.
Peralatan mekanik elektronik, yaitu peralatan mekanik yang
digerakkan secara otomatis oleh motor elektronik.
d.
Peralatan elektronik, yaitu peralatan yang bekerjanya secara
elektronik.
2.
Sistem Informasi Manajemen
Sebelum mengarah pada system informasi manajemen, perlu
sekiranya memahami pengertian manajemen. Manajemen berasal dari kata kerja to
manage (bahasa Inggris), yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan dan
mengelola.[10] Segala yang diatur dan diurus masuk dalam
ranah manajemen. Tujuan menajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan yang
menggambarkan cangkupan tertentu dan menyarankan pengarahan kepada usaha
seorang manajer.[11] Berdasarkan penjelasan
tersebut diatas, dapat diambil empat elemen pokok dalam mencapai tujuan manajemen
yaitu: 1) sesuatu yang ingin direalisasikan, 2) Cangkupan, 3) Ketepatan, dan 4)
pengarahan.
Sistem informasi manajemen dikemukakan oleh beberapa
pendapat para ahli secara umum yang dikutip dari buku karangan Eti Rochety
sebagai berikut:
a.
Gordon B. Davis, 1995 bahwa system informasi manajemen merupakan
sebuah system manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna
mendukung fungsi operasi, manajemen, dan proses pengambilan keputusan dalam
sebuah organisasi.
b.
Soetedjo Moeljodiharjo, 1992, system informasi maajemen, yaitu
suatu metode yang menghasilkan informasi yang tepat waktu (timely) bagi
manajemen tentang lingkungan eksternal dan operasu internal sebuah organisasi,
dengan tujuan untuk menunjang pengambilan keputusan dalam rangka memperbaiki
perencanaan dan pengendalian.
c.
Komarudin, 1997, system informasi manajemen adalah suatu system
informasi yang memunginkan pimpinan organisasi mendapatkan informasi dengan
kuantitas dan kualitas yang tepat untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan.
d.
Robert W. Holmes, 1992, SIM adalah system yang dirancang untuk
menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang diperlukan
oleh manajemen guna merencanakan, mengawasi,menilai aktivitas organisasi yang
dirancang dalam kerangka kerja yang menitikberatkan pada perencanaan
keuntungan, perencanaan penampilan, dan pengawasan pada semua tahap.
e.
Robert G. Murdick, 1995, SIM adalah proses komunikasi dimana input
direkam, disimpan, dan diambil kembali untuk menyajikan keputusan yang
berbentuk output mengenai perencanaan, pengoperasian, dan pengendalian.
f.
Joseph F. Kelly, 1990, SIM merupakan perpaduan antara sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya yang berlandaskan computer yang menghasilkan
kumpulan penyimpanan, perolehan kembali, komunikasi, dan penggunaan data untuk
tujuan operasi manajemen yng efisien, bagi perencanaan bisnis.
g.
Raymond McLeod, Jr., 2003 sistem informasi manajemen yaitu adalah
sebuah system berbasis computer yang menyediakan informasi untuk kebutuhan bagi
pemaikanya.
h.
James A.F. Stoner, 1992, system informasi manajemen yaitu metode
yang formal yang menyediakan bagi pihak manajemen informasi yang tepat waktu,
dapat dipercaya, untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi perencanaan,
pengawasan, dan fungsi operasi sebuah organisasi yang lebih efektif.[12]
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa sistem informasi manajemen merupakan perpaduan antara
sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk memilih, menyimpan,
mengolah, dan mengambil kembali data dalam rangka mendukung proses pengambilan
keputusan suatuu bidang tertentu. Dapat dikatakan pula bahwa sistem informasi
manajemen adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna
mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen (perencanaan,
pergerakan, pengorganisasian, dan pengendalian) dalam suatu lembaga.
3.
Perkembangan Sistem Informasi
Sesungguhnya, konsep sistem informasi telah ada sebelum
munculnya komputer. Sebelum pertengahan abad ke-20, pada masa itu masih
digunakan kartu punch, pemakaian komputer terbatas pada aplikasi
akuntansi yang kemudian dikenal sebagai sistem informasi akuntansi. Namun
demikian para pengguna - khususnya dilingkungan perusahaan masih
mengesampingkan kebutuhan informasi bagi para manajer. Aplikasi akuntansi yang
berbasis komputer tersebut diberi nama pengolahan data elektronik (PDE).
Dalam tahun 1964, komputer generasi baru memperkenalkan
prosesor baru yang menggunakan silicon chip circuitry dengan kemampuan
pemrosesan yang lebih baik. Untuk mempromosikan generasi komputer tersebut,
para produsen memperkenalkan konsep sistem informasi manajemen dengan tujuan
utama yaitu aplikasi komputer adalah untuk menghasilkan informasi bagi
manajemen. Ketika itu mulai terlihat jelas bahwa komputer mampu mengisi
kesenjangan akan alat bantu yang mampu menyediakan informasi manajemen. Konsep
SIM ini dengan sangat cepat diterima oleh beberapa perusahaan dan institusi
pemerintah dengan skala besar seperti Departemen Keuangan khususnya untuk
menangani pengelolaan anggaran, pembiayaan dan penerimaan negara. Namun
demikian, para pengguna yang mencoba SIM pada tahap awal menyadari bahwa
penghalang terbesar justru datang dari para lapisan manajemen tingkat menengah
atas.
Perkembangan konsep ini masih belum mulus dan banyak
organisasi mengalami kegagalan dalam aplikasinya karena adanya beberapa
hambatan, misalnya:
a.
kekurangpahaman para pemakai tentang komputer,
b.
kekurangpahaman para spesialis bidang informasi tentang bisnis dan
peran manajemen,
c.
relatif mahalnya harga perangkat komputer, serta
d.
terlalu berambisinya para pengguna yang terlalu yakin dapat
membangun sistem informasi secara lengkap sehingga dapat mendukung semua
lapisan manajer.
Sementara konsep
SIM terus berkembang, Morton, Gorry, dan Keen dari Massachussets Institute of
Technology (MIT) mengenalkan konsep baru yang diberi nama Sistem Pendukung
Keputusan (Decision Support Systems DSS). DSS adalah sistem yang
menghasilkan informasi yang ditujukan pada masalah tertentu yang harus
dipecahkan atau keputusan yang harus dibuat oleh manajer.
Perkembangan yang lain adalah munculnya aplikasi lain,
yaitu Otomatisasi Kantor (office automation - OA), yang memberikan
fasilitas untuk meningkatkan komunikasi dan produktivitas para manajer dan staf
kantor melalui penggunaan peralatan elektronik. Belakangan timbul konsep baru
yang dikenal dengan nama Artificial Intelligence (AI), sebuah konsep
dengan ide bahwa komputer bisa diprogram untuk melakukan proses lojik
menyerupai otak manusia. Suatu jenis dari AI yang banyak mendapat perhatian
adalah Expert Systems (ES), yaitu suatu aplikasi yang mempunyai fungsi
sebagai spesialis dalam area tertentu.
Semua konsep di atas, baik PDE, SM, OA, DSS, EIS,
maupun AI merupakan aplikasi pemrosesan informasi dengan menggunakan komputer
dan bertujuan menyediakan informasi untuk pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.
B. Konsep Pengambilan Keputusan
Bagaimana suatu
keputusan dikatakan baik dan benar? Suatu keputusan dilakukan karena adanya
suatu masalah. Perlu diketahui bahwa tidak semua masalah membutuhkan pemecahan
secara ilmiah, seperti masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tentu dalam
menyelesaikan masalahnya berbeda dengan permasalahan penelitian yang harus
dipecahkan secara ilmiah. Pembuatan
keputusan ini bertujuan mengatasi atau memecahkan masalah yang bersangkuatan sehingga
usaha pencapaiian tujuan yang dimaksud dapat dilaksanakan secara baik dan
efektif. Masalah atau problem yang dimaksud dapat dibagi tiga golongan besar,
yaitu masalah korektif, masalah progresif, dan masalanh kreatif.
Masalah korektif adalah masalah yang timbul karena adanya
penyimpangan dari apa yang direncanakan. Masalah progresif adalah suatu masalah
yang terjadi akibat adanya keinginan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu
prestasi atau hasil masa lalu. Misalnya, suatu perusahaan ingin memperbesar
atau memperluas market sharenya atau suatu pabrik mobil ingin memproduksi suatu
kendaraan yang lebih irit bahan bakarnya. Masalah kreatif adalah suatu masalah
yang muncul karena adanya keinginan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali
baru. Hal ini dapat dicontohkan sebuah pabrik mobil ingin menciptakan kendaraan
dengan energi matahari.
Adapun
pengertian masalah sangat beraneka ragam walaupun pada intinya sama. Salah
satunya yaitu menurut Mustika Zed “Masalah ialah segala sesuatu yang belum
ditemukan pemecahan atau jawabannya, suatu teka-teki yang menuntut pemecahan
(penelitian) ilmiah, karena jawabannya hanya mungkin didapatkan melalui
penelitian atau cara kerja ilmiah”
1.
Pengertiaan Keputusan
Keputusan
adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara
sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut
bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat
berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan
sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat
dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau
asumsi lemah.
Beberapa
pengertian keputusan menurut para ahli :
a.
Menurut Ralp C. Davis
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap
suatu pertanyaan. Keputusan harus menjawab pertanyaan tentang apa yang
dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa
tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
b.
Menurut Mary Follet
Keputusan adalah suatu hukum atau sebagai hukum
situasi.
Apabila semua
fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas
maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama
dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan
wewengan dari hukum situasi.
c.
Menurut James A.F. Stoner
Keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga
pengertian, yaitu :
1)
Ada pilihan dasar logika atau pertimbangan
2)
Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih
salah satu yang terbaik
3)
Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan
itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.
Dari pengertian-pengertian keputusan di atas,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan
masalah suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif
dari beberapa alternatif.
2.
Pengertian Pengambilan
Keputusan
Terdapat
beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah disampaikan oleh para
ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Winardi dalam
Alma (2001;158) menjelaskan bahwa pengambilan keputusan adalah proses memilih
prosedur tertentu dari berbagai kemungkinan alternatif. Dalam hidup setiap
orang memiliki problem dan dicarikan jalan keluarnya berbagai alternatif
pemecahan pun muncul dan melahirkan keputusan.
b. winardi dalam
Alma (2001;58) mengunkapkan bahwa
“keputusan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, usia, penghasilan
dll” sedangkan Maridjo (2001;3)
menjelaskan bahwa “Mengambil keputusan adalah memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah untuk dilaksanakan, perlu dipertimbangkan masak-masak
terlebih dahulu, karena setiap keputusan yang di ambil selalu membawa resiko.
Sebaiknya semua alternatif yang dipilih dibahas terlebih dahulu dengan staff,
rekan kerja, atau konsultan, sehingga dapat memilih alternatif yang tepat,
Alternatif yang paling tepat adalah alternatif yang membawa kerugian paling
sedikit”.
c.
Menurut Terry (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 5) pengambilan keputusan
adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara
alternatif-alternatif yang dimungkinkan Hakikatnya pembuatan keputusan adalah
suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang tepat.
d.
Menurut Siagian (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 5) pada hakikatnya
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternative yang
dihadapi dan pengambil tindakan yang paling tepat.
e.
Menurut Redford (1981 : 11) mengatakan bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu proses yang mencakupi beberapa tahap yang saling terjalin, dan
bukanlah merupakan suatu perbuatan yang terpisah. Intinya pengambilan keputusan
berkaitan suatu proses yang merupakan langkah dari pengambil keputusan.
Pengambilan
keputusan adalah tindakan
pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen. Misalnya, saat
manajer merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka membuat keputusan. Akan
tetapi, ahli teori klasik tidak menjelaskan peng keputusan tersebut secara
umum. Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas pengambilan
keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas, sementara bapak
manajemen-Frederick W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah sebagai
pendekatan untuk pengambilan keputusan. Seperti kebanyakan aspek teori
organisasi modern, analisis awal pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada
Chester Barnard. Dalam The Functions of
the Exec Barnard memberikan analisis komprehensif mengenai
pengambilan keputusan clan menyat "Proses keputusan merupakan teknik untuk
mempersempit pilihan."
Dari pengertian-pengertian pengambilan
keputusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Pengambilan keputusan
merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif
secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara
pemecahan masalah.
Kebanyakan pembahasan proses pengambilan keputusan terbagi dalam
beberapa langkah. Hal ini dapat
ditelusuri dari ide yang dikembangkan Herbert A. Simon, ahli teori keputusan
dan organisasi yang memenangkan hadiah Nobel, yang mengonseptualisasikan tiga
tahap utama dalam proses, pengambilan keputusan:
a.
Aktivitas inteligensi. Berasal
dari pengertian militer "intelligence," Simon mendeskripsikan tahap
awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan
keputusan.
b.
Aktivitas desain. Selama
tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dan analisis masalah.
c.
Aktivitas memilih. Tahap
ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu
dari yang tersedia.
Berhubungan
dengan tahap-tahap tersebut, tetapi lebih empiris (yaitu, menelusuri keputusan
sebenarnya dalam organisasi), adalah langkah pengambilan keputusan menurut
Mintzberg dan koleganya:
a.
Tahap identifikasi, di
mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat Diketahui bahwa masalah
yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tep masalah
yang sederhana tidak.
b.
Tahap pengembangan, di
mana terdapat pencarian prosedur atau
solusi standar yang ada mendesain solusi yang
baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian d percobaan di
mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
c.
Tahap
seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi:
dengan penilaian pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan
analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan
dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan
semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara formal,
otorisasi pun kemudian dibuat.
Tahap
tersebut merangkum tahap pengambilan
keputusan berdasarkan penelitian Mintzberg. Baik terekspresi dalam tahap Simon
maupun Mintzberg, terdapat langkah awal yang dapat diidentifikasi yang
menghasilkan aktivitas pemilihan dalam pengambilan keputusan. Perlu dicatat
bahwa pengambilan keputusan merupakan proses dinamis, terdapat banyak celah
berupa umpan balik dalam setiap tahap. "Celah umpan balik dapat disebabkan
oleh masalah waktu, politik, ketidaksetujuan antarmanajer, ketidakmampuan untuk
mengidentifikasi alternatif yang tepat atau mengimplementasikan solusi,
pergantian manajer, atau munculnya alternatif baru secara tiba-tiba. Yang penting adalah pengambilan keputusan merupakan
proses dinamis. Proses dinamis ini mempunyai implikasi perilaku dan strategis
pada organisasi.
Penelitian
empiris terbaru mengindikasikan bahwa proses keputusan yang mencakup pembuatan
pilihan strategis menghasilkan keputusan yang baik dalam organisasi tetapi
masih terdapat banyak masalah, yakni manajer mengambil keputusan yang salah.'
Kembali ke peranan dominan yang dimainkan teknologi informasi dalam analisis
dan praktik pengambilan keputusan yang efektif, relevansi studi dan aplikasi
perilaku organisasi ini adalah apa yang disebut perilaku pengambilan keputusan.
Jadi pada hakekatnya, “pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan
fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihasilkan dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat”. Dengan perkataan lain : Pengambilan Keputusan adalah suatu teknik untuk
memecahkan suatu masalah dengan menggunakan teknik-teknik ilmiah.
3.
Perilaku
Pengambilan Keputusan
Perilaku
pengambilan keputusan berkaitan dengan ahli teori perilaku organisasi seperti
dalam buku March dan Simon, Organization, pada tahun 1958, tetapi bidang
tersebut menjadi lebih menarik dengan topik seperti motivasi dan tujuannya, dan
menekankan berkurangnya pengambilan keputusan. Bidang :perilaku pengambilan
keputusn dikembangkan di luar jalur teori dan penelitian perilaku organisasi
oleh psikolog kognitif dan ahli teori keputusan dalam ilmu ekonomi dan
informasi. Akan tetapi, barubaru ini muncul kembali minat mengenai perilaku
pengambilan keputusan, dan kembali ke jalur bidang perilaku organisasi.
Meskipun teori
pengambilan keputusan klasik berjalan dalam asumsi rasionalitas dan kepastian,
tetapi tidak begitu halnya dengan teori keputusan perilaku. Ahli teori perilaku
pengambilan keputusan sependapat bahwa individu mempunyai keterbatasan
kognitif. Kompleksitas organisasi dan dunia secara umum menyebabkan individu
bertindak dalam situasi ketidakpastian dan informasi begitu arnbigu dan tidak
lengkap." Kadang-kadang risiko dan ketidakpastian ini menyebabkan pembuat
kepuhisan organisasi mempunyai keputusan yang diragukan, atau tidak etis (lihat
Contoh Aplikasi OB: Wengikuti Persaingan atau Tersingkir?) Dikarenakan ketidakpastian
dan ambiguitas, sejumlah model pengambilan keputusan telah ada selama
bertahun-tahun. Dasar dan titik awal untuk mengembangkan menganalisis berbagai
model perilaku pengambilan keputusan adalah tetap mempertahankan tingkat dan
arti rasionalitas.
4.
Rasionalisasi
Keputusan
Definisi Rasionalisasi yang
paling sering digunakan dalam pengambilan keputusan adalah bahwa hal tersebut
merupakan rencana tujuan. Jika sebuah rencana dipilih untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, maka keputusan dikatakan rasional, tetapi, terdapat banyak
komplikasi untuk tes rasionalitas yang sederhana. Pada awalnya, sulit untuk
memisahkan rencana dari tujuan karena yang nyata mungkin hanya merupakan
rencana untuk tujuan di masa depan. Ide ini umumnya disebut rangkaian atau hierarki rencana-tujuan. Simon
menunjukkan bahwa "hierarki rencana-tujuan. merupakan rangkaian yang
jarang terhubung dan terintegrasi sepenuhnya. Hubungan antara aktivitas
organisasi dan tujuan akhir kerap kali tidak jelas, atau tujuan akhir tidak
sepenuhnya dirumuskan, atau terdapat konflik internal dan kontradiksi antara
tujuan akhir, atau antara rencana yang dipilih untuk mempertahankan tujuan.
Selain
komplikasi yang berhubungan dengan rangkaian rencana-tujuan, ada kemungkinan
konsep tersbut tidak terpakai. Pengambilan keputusan yang relevan dengan
ekonomi nasional mendukung posisi ini. Pembuat keputusan yang mencari
penyesuaian rasional dalam sistem ekonomi mungkin menghasilkan hasil akhir yang
tidak diinginkan atau yang tidak dapat diantisipasi. Simon juga memperingatkan
bahwa analisis rencana-tujuan yang sederhana mungkin menghasilkan kesimpulan
yang tidak akurat.
Salah
satu cara untuk mengklarifikasi rasionalitas rencana-tujuan adalah menggunakan
keteraagan tambahan yang tepat dan berkualitas pada berbagai jenis
rasionalitas. Hal tersebut menunjukkan rasionalalisasi objektif dapat diterapkan pada keputusan yang memaksimalkan nilai
dalam situasi tertentu. Rasionalisasi subjektif
dapat digunakan jika keputusan memaksimalkan hasil dalam kaitannya dengan pengetahuan subjek tertentu.
Rasionalitas dengan sengaja dapat
diterapkan pada keputusan di maana penyesuaian rencana untuk tujuan merupakan
proses dengan sengaja. Keputusan dianggap rasional saat penyesuaian rencana
pada tujuan dicari oleh individu atau organisasi; keputusan dianggap rasional
secara organisasi jika dimaksudkan untuk tujuan organisasi; dan keputusan
dianggap rasional secara personal jika diarahkan pada tujuan pribadi.
5.
Kriteria
Pengambilan Keputusan
Kriteria untuk memilih alternatif dalam model normative adalah
pemaksimalan (laba, kegunaan, nilai yang diharapkan dan sebagainya(. Tujuan ini
apabila dinyatakan dalam bentuk kwantitatif disebut fungsi objektif untuk suau keputusan.
Dalam model ekonomi klasik, manusia rasional dianggap memaksimakan kegunaan.
Kegunaan ini dirumuskan sebagai sifat hasil yang memberikan kesenangan atau
menghindarkan kesusahan. Bagi suatu perusahaan, kegunaan biasanya dipandang
sebagai laba, tetapi hal ini dapat juga berupa penjualan, bagi pasar, dan lai
sebagainya.
Suatu pandangan alternative mengenai criteria untuk pengambilann
keputusaan adalah pemuasan. Pandangan ini berasal dari model perilaku
deskriptif yang menyatakan penyelidikan untuk mendapatkannya. Mereka tidak
senuhnya rasional atau cermat dalam penyelidikan aytau penelitiaannya. Mereka
menyederhanakan factor-faktor ayang harus dipertimbangkan.
a.
Skala
Pengukuran Pengambilan Keputusan
Pada hakekatnya pembuatan keputusan dipandang sebagai suatu proses
dalam usaha mencari jalan keluar dari suatu masalah atau problem. Istilah
proses menyiratkan adanya suatu rangkaian atau tahap-ytahap yang teratur menuju
suatu tujuan yang telah ditetapkan , yaitu penyelesaian suatu persoalan. Tolak
ukur kuantitatif mengenai manfaat dan biaya bertujuan mempermudah perbandingan
antara keefektifan beraneka alternatif cara penggarapan dalam situasi
keputusan. Disini jelas nilai-nilai dan tingkat ukurannya dalam bentuk
angka-angka atau kuantitatif. Skala pengukuran ini disusun menurut urutan
bertambah banyaknya batasan yang diadakannya. Skala pengukuran yang dimaksud
dapat dirinci dan dijelaskan dibawah ini.
1)
Skala
Nominal
Skala Nominal aadalah pengukuran dengan taraf yang peling rendah.
Disini suatu objek digolong-glongkan dengan simbol-simbol atau angka-angka yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif. Simbol-simbol atau angka-angka ini dipakai
untuk member identitas suatu kelompok tertentu. Misalkan plat nomor kendaraan
bermotor juga merupakan skala nominal karena nomor dan huruf pada kendaraan
tersebut menerangkan tempat kendaraan yang bersangkutan terdaftar. Pengambilan
keputusan dengan skala nominal agak sulit dilakukan karena skala ini tidak
memperlihatkan suatu jenjang nilai dari sejumlah alterntif keputusan. Skala ini
hanya memperlihatkan perbedaan antargolongan.
Skala nominal digunakan untuk memilih hasil alternative yang
hubungannya paling dekat atau paling berarti bagi sasaran yang dituju atau
memilih alternative dengan biaya terendah bila terdaat alternative hasil yang
relative sama atau tidak berbeda nilainya dalam hubungannya dengan sasaran yang
dituju.
2)
Skala
Ordinal
Skala ordinal adalah suatu skala pengukuran yang sifatnya
kualitatif yang menunjukan adanya suatu jenjang urutan prefensi yang dikaitkan
pada suatu tujuan atau kondisi yang ditentukan atau dapat dikatakan bahwa skala
ordinal adalah objek-objek dalam suatu kategori yang mingkin tidak berbeda
deangan objek lainnya. Akan tetapi. Masing-masing objek tersebut tergabung
dalam suatu hubungan yang bertsifat ‘yang satu lebih dari yang lain’seperti
lebih suka, lebih tinggi, lebih besar dan lain sebagainya.
Untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam kasus ini biasanya
setiap kemungkinan hasil dari al;ternatif diberi score nilai sehubungan dengan
jenjang nilai atau keartiaannya terhadap sasaran atau tujuan yang ingin
dicapai.
3)
Skala
Interval
Skala interval adalah suatu skala yang mempunyai ciri-ciri skala
ordinal, yang selisih dari tiap-tiap angka atau jenjang prefensi dalam skala
tersebut diketahui besarnya dan kemudian pengukurannya. Pengukuran dengan skala
interval untuk pembuatan keputusan dilakukan dengan membuat suatu hubungan yang
linear diantara komponen-komponen atau variabel-variabel yang diukur. Dalam
suatu perusahaan industri, hal ini biasanya menyangkut kombinasi pemakaian
bahan baku untuk membuat suatu barang atau produk.
4)
Skala
Ratio
Skala ratio adalah suatu skala interval yang mempunyai titik nol
yang nyata. Dalam slkala ini perbandingan setiap titik pada init pengukuran
adalah bebas. Pada skala ini, perbandingan dari setiap titik pada unit
pengukuran biasanya banyak ditemui dalam ilmu alam fisika, yaitu benda-benda
atau simbol-simbol tertentu seperti “=”,”>”,Y=Kx. X/Y, dan lain-lain.
Pengukuran dengan skala ratio untuk pembuatan keputusan paling
mudah dilakan karena langsung diketahu perbedaan dan perbandingan jenjang nilai
dari setiap hasil altarnatif.
5)
Skala
Absolut
Skala absolut merupakan ukuran kuantitatif yang jelas dan nyata dan
dapat dibandingkan secara langsung. Situasi atau kondisi keputusan yang
terstuktur secara sempurna biasanya banyak ditemukan dalam jenis keputusan yang
bersifat korekif, dengan skala pengukuran ratio aatau absolute karena dalam hai
ini setiap alternative yang akan dipilih jelas ukuran manfaat dan biayanya dalam
angka-angka yang mudah dibandingkan. Selanjutnya, situasi atau kondisi
keputusan yang tidak terstruktur banyak dijumpai dalam masalah-masalah yang
bersifat kreatif dengan skala pengukuran nominal, ordinal, dan interval.
6.
Metode Kuantitatif dalam Pembuatan Keputusan
Operasi berbagai organisai telah semakin kompleks dan mahal. Karena
itu, menjadi semakin sulit dan penting bagi para manajer untuk membuat rencana
dan keputusan yang efektif. Berbagai teknik dan peralatan kuantitatif dalam
pembuatan keputusan telah dikembangkan lebih dari 40 tahun dan dikenal sebagai
teknik”management science” dan “operations research”. Pada umumnya, kedua
istilah tersebut digunakan berrgantian dengan pengertian yang sama yaitu riset
operasi(operations research)
a.
Konsep
Riset Operasi
Ada tujuh ciri utama riset operasi dalam proses pengambilan
keputusan yang dapat dirinci sebagai berikut :
1)
Terpusat
pada pembutan keputusan
2)
Penggunaan
metode ilmiah
3)
Penggunaan
mdel matematik
4)
Efektifitas
ekonomis
5)
Bergantung
pada computer
6)
Pendekatan
tim
7)
Organisasi
system
Sedangkan pendekatan riset operasi untuk pemecahan masalah
Sebagai alternative di dalam proses pengambilan keputusan mempunyai
lima tahap, yaitu :
1)
Diagnosa
masalah
2)
Perumusan
masalah
3)
Pembuatan
model
4)
Analisis
model
5)
Implementasi
penemuan
b.
Model
Riset Operasi
Sebagian besar proyek riset operasi sangat berstandar pada model
matematika. Ada sejumlah cara pengelompokan model yang digunakan dalanm riset
operasi, yaitu model normative dan deskriptif. Model normatif menggambarkan apa
yang seharusnya dilakukan. Model deskriptif menggambarkan segala sesuatu
bagaimana adanya. Beberapa model dan teknik operasianal sebagai berikut :
1)
Progmasi
linear adalah suatu peralatan riset yang digunakan untuk memecahkan masalah
“optimasi” atau masalah satu jawaban “paling baik”dari serangkaian alternative.
Model progmasi linear termasuk model normative karena memcari penyelesaian
optimum.
2)
Teori
antrian. Karena hamper semua ekonomi dan bisnis beroperasi dengan sejumlah
sumber daya yany relative terbatas, maka sering dijumpai orang-orang, produk,
komponen produk, atau kertas kerja sedang menunggu dilayani. Teori antrian atau
sering disebut model garis tunggu dikembangkan untuk membantu para manajer
memutuskan berapa panjang suatu garis tungguyang paling dapat diterima.
3)
Analisis
network adalah peralatan yang dikembangkan untuk membantu manajeman dalam
perencanaan, pengawasan, dan proyek yang relative kompleks dan tudak rutin.
Model ini yang terkenal adalah PERT(Program Evaluation and Review Technique)
dan CPM (Critical Path Method). PERT banyak digunakan untuk merencanakan dan
mengawasi program penelitian dan pengembangan, sedangkan CPM digunakan dalam
proyek konstruksi.
4)
Teori
permainan adalah suatu pendekatan matematik untuk pembuatan model persaingan
atau pertentangan antara pihak yang berkempentingan. Teori ini dikembangkan
untuk menganalisis proses pembuatan keputusan pada berbagai macam situasi
persaingan yang melibatkan konfliks.
5)
Model
rantai Markov adalah suatu teknik matematik yang berguna untuk pemmbuatan model
berbagai macam system dan proes yang bisnis. Model ini digunakan untuk
memperkirakan perubahan di waktu yang akan dating dalam berbagai variabel
dinamik berdasarkan perubahan di waktu yang lalu dalam variabel tersebut.
6)
Progamasi
dinamik adalah sekumpulan teknik progmasi yang digunakan untuk pembuatan
keputusan yang bertingkat-tingkat. Tujuan model ini adalah mengoptimumkan (memaksimalkan
atau meminimalkan) seluruh keputusan berurutan yang saling berhubungan
sepanjang periode waktu tertentu.
7)
Simulasi
adalah kegiatan percobaan-percobaan dengan suatu model (bukan kehidupan nyata)
dalam berbagai cara teratur dan direncanakan. Model ini menciba meniru suatu
bagian operasio organisasi guna mengamati perkembangannya dari waktu ke waktu
untuk melekukan percobaan dengan bagian tersebut melalui pengubahan
variabel-variabel tertentu. Kerena adanya computer, model-model simulasi pada
umumnya adalah model matematik yang paling komprehensif.
c.
Aplikasi
Riset Operasinal
Masalah-masalah yang dapat menggunakan teknik-teknik operasinal
adalah sebagai berikut :
1)
Masalah
persediaan, masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling baik
dipecahkahkan dengan teknik-teknik riset operasional karena menyangkut
penyeimbangan tujuan-tujuan yang saling bertentangan Pertentangan tersebut
terjadi antara biaya pemesanan dan biaya penyimpangan produk. Biaya pemesanan
setiap satuan produk cenderung turun bila kuantitas pemesanan naik.
Penyelesaian optimal dapat diperoleh melaluimpenggunaan teknik-teknik riset
operasional yang menyeinbangkan kedua biaya tersebut.
2)
Masalah
alokasi, Pemecahan masalah alokasi dapat dicontohkan dengan mencari kombinasi
optimal antara karyawan dan mesin yang akan meminimumkan biaya.
3)
Masalah
antrian, Masalah antrian menyamgkut perancangan bernagai fasilitas untuk memenuhi
permintaan akan pelayanan.Masalah antrianbiasanya dipusatkan dengan teori
antrian, tetapi masalah kompleks memerlukan teknik-teknik simulasi
4)
Masalah
pengurutan, Masalah ini timbul apabila manajer harus memutuskan dalam urutan
bagaimana bagian-bagian suatu pekerjaan akan dilaksanakan. Penyelesaian masalah
ini biasanya dicari melalui simulasi yang memungkinkan pengujian efisiensi
berbagai urutan yang berbeda.
5)
Masalah
routing, Masalah routing timbul bila manajer harus memutuskan kapan bagian
suatu pekerjaan dilaksanakan. Masalah ini dapat ditangani dngan progmasi
linear, model antrian, atau kombinasi keduanya.
6)
Masalah
penggantian, Banyak peralatan mahal organisasi akan using atau tidak terpakai,
misalya mesin dan truk sehingga bila dipertahankan untuk periode waktu yang
terlalu lama menjadi tidak efisien dan meningkatkan biaya operasi, misalnya
biaya pemeliharaan.Masalah ini biasanya menggunakan programasi linear.
7)
Masalah
persaingan, Masalah ini berkembang bila dua atau lebih organisasi berusaha
mencapai tujuan yang saling bertentangan seperti organisasi berusaha untuk
meningkatkan bagian pasarnya yang berarti kenaikan bagi organisasi yang satu
merupakan penurunan bagi organisasi yang lain. Teori permainan dapat digunakan
dalam penyelesaian masalah ini.
8)
Masalah
pencarian. Kesalahan atau ketidaklengkapan informasi dapat mengakibatkan
keputusan yang salah dan selanjutnya memerlukan waktu dan biaya untuk
memperbaikinya. Sebaiknya pengumpulan informasi juga memerlukan biaya dan
waktu. Peralatan statistic dikombinasikan dengan menggunakan model progmasi
linear merupakan teknik yang banyak digunakan bagi masalah pencarian.
7.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan
Terdapat
banyak model deskriptif dari perilaku pengambilan keputusan. Akibatnya, hal ini
menjadi model untuk banyak perilaku pengambilan keputusan manajemen. Model
berusaha mendeskripsikan secara teoritis dan realistis bagaimana manajer
praktik mengambil keputusan. Secara khusus, model berupaya menentukan seberapa
rasional pembuat keputusan manajemen. Model berkisar dari rasionalitas lengkap,
seperti dalam kasus model rasionalitas
ekonomi klasik, sampai sepenuhnya tidak rasional, seperti dalam
kasus model sosial
a.
Model Rasionalitas Ekonomi
Model ini berasal dari model ekonomi klasik di mana pembuat
keputusan sepenuhnya rasional daam, segala hal. Berkaitan dengan aktivitas
pengambilan keputusan, terdapat asumsi:
1)
Keputusan
akan sepenuhnya rasional dalam hal rencana-tujuan.
2)
Terdapat
sistem pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinkan pemilihan
alternatif
3)
Kesadaran
penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.
4)
Tidak
ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk menentukan
alternatif terbaik.
5)
Probabilitas
kalkulasi tidak menakutkan ataupun misterius.
Model
rasionalitas ekonomi pembuat keputusan selalu berusaha memaksimalkan hasil
dalam perusahaan bisnis, dan keputusan akan diarahkan kepada titik p maksimum
di mana biaya marjinal sama dengan pendapatan marjinal (MC = MR).
Banyak ekonom
dan ahli teori keputusan kuantitatif tidak menyatakan bahwa gambaran ini
merupakan model perilaku pengambilan keputusan modern yang deskriptif dan
realistis. tetapi banyak sekolah bisnis mengajarkan model rasional dan metode
kuantitatif, karena itu banyak manajer masih menyamakan pengambilan keputusan
manajemen yang "baik" dengan pendekatan tersebut. Akan tetapi,
kesetiaan pada pendekatan ini bisa berbahaya dan mungkin menyebabkan banyak
masalah. Seperti dinyatakan oleh Peters dan Waterman dalam buku In Search of Excellence: "Pendekatan
alterratif dan rasional pada manajemen mendominasi sekolah bisnis. Pendekatan
tersebut mencari pembenaran yang terpisah dan analitis untuk semua keputusan.
Hal ini bisa saja salah dan membuat kita sangat tersesat.”
Secara jelas,
Peters dan Waterman tidak mengatakan "buang yang buruk," dan tidak
mengki model rasional. Model rasional telah terbentuk dan akan terus memberi
kontribusi signifikan un pengambilan keputusan yang efektif. Misalnya, tenaga
pemasaran yang paling sukses, seperti Pro & Gamble, Cheesebrough-Pond's,
dan Ore-Ida, terkenal dengan pendekatan rasional mereka , menggunakan dukungan
kuantitatif. Inti yang dicapai Peters dan Waterman adalah bahwa mc rasional
bukan menjadi akhir pengambilan keputusan secara efektif dan jika terdapat
perbedaan, tersebut menyebabkan kesalahpahaman dan mengganggu proses
pengambilan keputusan.
b.
Teknik Rasional
Modern: ABC, EVA, dan MVA
Baru-baru
ini, teknik akuntansi dan finansial tradisional yang berdasarkan model rasionalitas
ekonomi telah mengalami perubahan radikal. Misalnya, perusahaan terkenal
seperti Daimler-Chrysler, Union Carbide, Hewlett-Packard, dan General Electric
telah beralih ke jenis akuntansi yang baru. Untuk mengelola biaya dengan lebih
baik, mereka menggunakan activity-based costing, atau disebut ABC. Secara
tradisional, akuntansi mengidentifikasi biaya menurut kategori pengeluaran
(misalnya, gaji, suplai, dan biaya tetap). Sebaliknya, ABC menentukan biaya
menurut apa yang dibayar untuk tugas berbeda yang dikerjakan karyawan. Dalam
ABC, biaya yang berhubungan dengan aktivitas seperti memproses pesanan
penjualan, mempercepat pesanan pemasok dan atau pelanggan, memecahkan masalah
kualitas pemasok dan atau masalah pengantaran, dan memperlengkapi mesin, dihitung.
Metode ABC dan tradisional mencapai biaya yang sama, tetapi ABC memberi pembuat
keputusan rincian data biaya yang jauh lebih akurat. Misalnya, B2B (bisnis
untuk bisnas menggunakan internet ternyata mengurangi akuisisi dan distribusi
biaya perusahaan yang diidentifikasi, dan di Hewlet Packard, saat ABC
menunjukkan bahwa pengujian desain dan bagian baru sangat mahal, maka tehnisi
segera mengubah rencana pada komponen yang memerlukan sedikit pengujian, dengan
demikian sangat memperkecil biaya.
Contoh
pemikiran rasionalitas ekonomi tradisional yang digunakan oleh pembuat
keputusan manajemen adalah teknik finansial economic value added, atau EVA.
Prinsip lama model ekonomi adalah .eputusan rasional merupakan salah satu yang
memberikan penghasilan lebih besar daripada biaya kapital. Secara tradisional,
biaya kapital disamakan dengan bunga yang dibayarkan pada kapital yang
dipinjam. Akan tetapi, dalam EVA, biaya semua kapital ditentukan. Misalnya,
biaya kapital ekuitas (uang yang disediakan pemegang saham) adalah biaya
kesempatan (apa yang dapat dihasilkan pemegang saham dalam apresiasi dan
dividen harga jika mereka berinvestasi pada perusahaan yang sama). Apa yang
dihabiskan perusahaan pada penelitian dan pengembangan atau pelatihan karyawan
diperlakukan sebagai pengeluaran, tetapi dalam EVA, hal tersebut dianggap
sebagai investasi kapital dan ditambahkan dalam biaya kapital. EVA ditentukan
dengan membagi biaya kapital total dengan keuntungan operasi setelah pajak. EVA
menjadi populer karena perusahaan dan pemegang saham melihatnya sebagai ukuran
yang berguna untuk mengambil keputusan mengenai masalah akusisi dan pajak
sampai masalah kompensasi." Perusahaan dengan EVA positif membuat
keputusan rasional; perusahaan dengan EVA negatif menghancurkan kapital dan
menyebabkan perusahaan dalam masalah. Saat CSX, Briggs dan Stratton, dan
Coca-Cola beralih ke pendekatan EVA, nilai saham perusahaan meningkat.
Baru-baru ini, karena kompetisi kapital, advokat mengatakan bahwa EVA dapat
digunakan secara efektif dalam industri perawatan kesehatan yang bukan untuk
mencari keuntungan.
Ukuran
yang lebih baru dan berbeda adalah MVA (market value added). Perbedaan antara
nilai pasar (jumlah yang dapat diambilkan investor dari perusahaan) dan kapital
yang diinvestasi (jumlah yang dimasukkan investor dalam perusahaan) adalah MVA.
MVA positif menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan,
dan neraca negatif menunjukkan seberapa banyak kapital yang terbuang. Beberapa
perusahaan MVA yang hebat adalah Coca-Cola, GE, Wal-Mart, Merck, - Microsoft.
MVA
biasanya berhubungan langsung dengan EVA (penjelasan sederhananya adalah bahwa
MVA adalah nilai yang ditempatkan pasar saham mengenai prospek aliran EVA masa
mendatang). Dalam jangka panjang, perusahaan dengan EVA yang kuat juga akan
mempunyai MVA yang kuat. Akan tetapi, dalam jangka pendek, EVA dan MVA mungkin
berlawanan. Perusahaan mungkin mempunyai EVA vang buruk, tetapi pemegang saham
bertaruh bahwa perusahaan sedang memperbaiki langkah ke depan dan menaikkan
tawaran harga saham, dan dengan demikian MVA cukup bagus. Contohnya adalah
perusahaan dot-com sebelum ledakan pada pergantian abad ini. Mereka mempunyai
EVA negatif, tetapi karena mereka berinvestasi dalam teknologi informasi yang
mahal untuk masa depan. Investor merasa hal ini akan terbayar di penghasilan
masa mendatang. Tentu saja saat hal ini tidak terjadi, nilai pasar dot-com
mengalami kehancuran. Kemunduran juga dapat terjadi. Misalnya, banyak
perusahaan ekonomi tua mempunyai EVA yang sangat positif dikarenakan masa depan
yang suram. Dengan demikian MVA menjadi negatif. Sekalipun dalam perbaikan
model rasionalitas ekonomi, faktor manusia (misalnya, model rasionalitas
pengambilan keputusan sosial) masih menjadi gambaran
c.
Model
Sosial
Pada sisi yang
berlawanan dengan model rasionalitas ekonomi adalah model sosial yang
digambarkan psikologi. Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan
perasaan, emosi, dan naluri, dengan perilaku yang dipandu oleh keinginan yang
tidak disadari. Secara jelas, jika ini merupakan deskripsi yang lengkap, maka orang akan tidak dapat
membuat keputusan yang efektif.
Meskipun banyak
psikolog kontemporer memperdebatkan deskripsi manusia Freudian, hampir semuanya
sependapat bahwa pengaruh psikologi mempunyai dampak signifikan pada perilaku
pengambilan keputusan. Selanjutnya, tekanan dan pengaruh sosial mungkin
menyebabkan manajer membuat keputusan yang tidak rasional. Eksperimen
konformitas yang dilakukan oleh Solomon Asch menunjukkan ketidakrasionalan
manusia. Studinya menggunakan 7 kelompok dengan masing-masing 9 subjek. Mereka
diberitahu bahwa tugas mereka adalah membandingkan panjang garis. Semua kecuali
satu 'subjek' dalam setiap kelompok mempunyai eksperimenter yang diatur
sebelumnya agar ada 12 jawaban yang salah dari 18 percobaan penilaian garis.
Sekitar 37 persen dari 123 mahasiswa yang naif menyerah pada tekanan kelompok
dan memberikan jawaban yang salah pada 12 situasi tes. Dengan kata lain, lebih
dari sepertiga subjek eksperimen memberikan jawaban yang mereka tahn adalah salah.
Jika lebih dari
sepertiga subjek Asch mengonformasikan kondisi "benar dan salah",
"hitam dan putih" dengan membandingkan panjang garis, maka kesimpulan
logis adalah dunia nyata yang "kelabu" ini penuh dengan konformis
tidak rasional. Memerlukan sedikit imajinasi untuk menyamakan garis Asch dengan
alternatif keputusan manajemen. Sepertinya terdapat sedikit keraguan mengenai
pentingnya alternatif keputusan manajemen. Selain itu, terdapat banyak dinamika
psikologi lainnya. Misalnya, terdapat kecenderungan pembuat keputusan tetap
pada alternatif keputusan yang buruk meskipun ada kemungkinan bahwa sesuatu
dapat diubah. Staw dan Ross mengidentifikasi empat alasan utama mengapa
fenomena ini terjadi. Fenomena ini disebut eskalasi komitmen, yang terjadi
karena:
1)
Karakteristik
proyek. Hal ini mungkin alasan utama untuk keputusan eskalasi. Karakterist&
tugas atau proyek seperti keuntungan atau investasi tertunda atau masalah
temporer mungkin menyebabkan pengambil keputusan tetap atau meningkatkan
komitmen pada tindakan yang salah.
2)
Determinan
psikologi. Jika keputusan menjadi buruk, manajer mempunyai kesalahan
pemprosesan informasi (menggunakan faktor bias atau mengambil risiko lebih
daripada pembenaran), karena pembuat keputusan melibatkan egonya, maka
informasi negatif diabaikan dan perisai pertahanan pun dibangun.
3)
Kekuatan
sosial. Mungkin pengambil keputusan mendapat tekanan dari rekan kerja dan atau
mereka perlu mempertahankan gengsi sehingga mereka terus atau mengeskalasi
komitmen untuk tindakan yang salah.
4)
Determinan
organisasi. Bukan hanya karakteristik proyek yang mengalami eskalasi keputusan
yang buruk-begitu juga kegagalan dalam komunikasi, disfungsi politik, dan
bertahan pada perubahan.
Penelitian terbaru mendukung eskalasi komitmen sebagai hubungan
pelengkap interaktif antara prediktor sunk
cost (misalnya, dikarenakan sejumlah waktu dan jam yang dihabiskan sebelumn
pembuat keputusan menjadi terhambat secara psikologis) dan penyelesaian proyek
(misalnya, memutuskan untuk terus menghabiskan waktu dan uang akan meningkatkan
kemungkinan penyelesaian proyek yang sukses).
Tentu saja, orang yang sepenuhnya tidak rasional, digambarkan oleh
Freud terlalu eksteem Akan tetapi, eskalasi komitmen dan dinamika manusia lain
yang dibahas pada buku ini menunjukkan bahwa terdapat sedikit keraguan mengenai
peranan penting bahwa kompleksitas manusia d dan memainkan peranan penting
dalam pengambilan keputusan manajemen. Beberapa perilaku manajemen tidak
rasional, tetapi masih sangat realistis. Misalnya, penulis dan koleganya melakukan
dua studi yang menunjukkan bahwa subjek dengan pengalaman di laboratorium dan
lapangan yang tidak memiliki banyak pengalaman komputer lebih terpengaruh dalam
aktivitas keputusan dengan informasi yang disajikan oleh komputer daripada
dengan informasi yang disajikan oleh prosedur laporan nonkomputer. Sebaliknya,
kenyataan yang berkebalikan berlaku pada subjek dengan pengalaman komputer.
Dengan kata lain, aktivitas pilihan sang pembuat keputusan dipengaruhi,
sekalipun dengan tipe format informasi yang disajikan kepada mereka. Manajer
tanpa pengalaman komputer mungkin masih diintimidasi oleh teknologi informasi
dan lebih menghargainya, sementara orang dengan pengalaman TI mungkin sangat
skeptis dan meremehkan kepentingannya.
d.
Model
Rasionalitas Terbatas dari Simon
Untuk mempresentasikan model rasionalitas ekonomi yang lebih
realistis, Herbert Simon mengajukan Mode1 alternatif. Dia merasa bahwa perilaku
pengambilan keputusan manajemen dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1)
Dalam memilih
alternatif, manajer berusaha meminimalkan kepuasan, atau mencari sesuatu yang
memuaskan atau "cukup bagus." Contoh kriteria kepuasan minimal adalah
keuntungan yang memadai atau saham pasar dan harga yang adil.
2)
Mereka
menyadari bahwa dunia yang mereka rasakan merupakan model dunia nyata yang
disederhanakan secara drastis. Mereka puas dengan penyederhanaan tersebut
karena mereka yakin dunia nyata adalah kosong.
3)
Karena mereka
mengejar kepuasan minimal daripada yang maksimal, mereka dapat membuat pilihan
tanpa menentukan semua kemungkinan alternatif perilaku dan tanpa memastikan
bahwa ini sudah mencakup semua alternatif.
4)
Karena mereka
memperlakukan dunia itu kosong, mereka dapat membuat keputusan hanya dengan
metode pengalaman atau trik perdagangan atau kekuatan kebiasaan. Teknik tersebut
tidak menuntut kemustahilan dari kapasitas pemikiran mereka.
Dalam perbandingannya dengan model rasionalitas ekonomi, model
Simon juga rasional dan maksimal, tetapi terbatas. Pembuat keputusan berakhir
dengan kepuasan minimal karena mereka tidak mempunyai kemampuan untuk
memaksimalkan. Kasus pemaksimalan perilaku dirangkum dengan menyatakan bahwa
tujuannya adalah dinamis, bukan statis; informasi kurang sempurna; terdapat
sasasan waktu dan biaya; tawaran altematif kurang disukai; dan efek kekuatan
lingkungan tidak dapat diabaikan. Model Simon menyatakan keterbatasan ini.
Asumsi model rasionalitas ekonomi tradisional dipandang tidak realistis. Tetapi
dalam analisis akhir, terdapat perbedaan antara model rasionalitas ekonomi dan
model Simon karena dalam beberapa situasi pendekatan minimalis meningkat,
sementara dalam kondisi lain, minimalisasi dan maksimalisasi merupakan hal yang
jauh berbeda.
Banyak variabel ekonomi, sosial, dan organisasi memengaruhi tingkat
di mana minimalisasi kepzuasan menjadi maksimal. Contoh variabel ekonomimya
adalah struktur pasar. Semakin kompetitif pasar, minimalisasi kepuasan semakin
maksimal. Dalam pasar komoditi agrikultur, minimalisasi perlu berubah menjadi
maksimalisasi. Pada umumnya, ekonom menyadari bahwa dalam lingkungan yang
sepenuhnya kompetitif, maksimalisasi keuntungan membuat perusahaan dapat
bertahan. Dengan demikian, pembuat keputusan harus memaksimalkan keputusan.
Dalam pasar oligopolistik (misalnya, industri otomotif dan baja), minimalisasi
berbeda dengan maksimalisasi. Perusahaan oligopolistik dapat bertahan dalam
keuntungan atau saham pasar. Mereka tidak harus berjalan pada titik di mana
biaya marjinal sama dengan pendapatan marjinal. Dalam kenyataannya, mereka
mungkin terhindar dari maksimalisasi.
Selain batasan pasar ekonomi, dalam praktiknya terdapat banyak
rintangan sosial yang mencegah maksimalisasi. Beberapa rintangan sosial
tersebut tidak disadari oleh pembuat keputusan organisasi. Contohnya adalah
daya tahan terhadap perubahan, keinginan akan status, memerhatikan citra,
politik, organisasi, dan kebodohan. Sebaliknya, pembuat keputusan mungkin
secara sadar menghindari maksimalisasi secara sadar. Contoh perilaku mencakup
keputusan yang mengecilkan hati peserta kompetisi atau investigasi yang
menentang penggabungan industri, mengendalikan permintaan serikat , atau
mempertahankan kepercayaan konsumen.
e.
Heulistik
Penilaian dan Model Bias
Bazerman menyatakan bahwa model rasionalitas terbatas dari Simon
dan konsep minimalisasi merupakan perluasan penting dari model rasionalitas
ekonomi, tetapi model tersebut tidak mendiskripsikan bagaimana penilaian akan
dibiaskan. Dengan demikian, lebih jauh mengenai model rasionalitas terbatas,
pada bidang perilaku organisasi muncul model kognitif yang bias sistematis
memengaruhi penilaian.
Heuristik penilaian dan model bias berasal dari Kahneman dan
Tversky, ahli teori yang menyatakan bahwa pembuat keputusan mengandalkan
heuristik (penyederhanaan strategi atau metode berdasarkan pengalaman). Bersama
dengan Herbert Simon, seorang ahli teori keputusan perilaku, Daniel Kahneman
(dan jika belum meninggal pada tahun 1996 juga bersama kolabornya Amos Tversky)
memenangkan hadiah Nobel atas karyanya pada tahun 2002. Mereka menekankan bahwa
pembuat keputusan mempertimbangkan keadilan, kejadian masa lalu, keenganan
untuk rugi, dan bagaimana keputusan dibingkai, yang dulunya diabaikan para
ekonom. Sebagai contoh saat Kahneman dan Tversky secara hipotesis memutuskan
langkah untuk menangani penyakit, banyak yang memilih langkah yang menyelamatkan
80 persen orang daripada langkah yang membunuh 20 persen. Heuristik penilai
tersebut mengurangi permintaan kebutuhan informasi pembuat keputusan dan secara
nyata membantu dengan cara berikut ini:
1)
Merangkum
pengalaman masa lalu dan memberikan metode yang mudah untuk mengevaluasi masa
sekarang
2)
Mengganti
metode berdasarkan pengalaman atau "prosedur operasi standar" untuk
mengumpulkan dan menghitung informasi yang lebih kompleks
3)
Menyelamatkan
aktivitas mental dan proses kogniti
Akan tetapi,
meskipun heuristik kognitif menyederhanakan clan membantu pembuat keputusan
dalam situasi tertentu penggunaannya dapat menyebabkan eror dan hasil bias
secara sistematis. Tuga bias utama yang teridentifikasi membantu menjelaskan
bagaimana penilaian tersebut menyimpng dari proses rasional.
8.
Gaya
Pengambilan Keputusan
Selain model rasionalitas keputusan, pendekatan lain untuk perilaku
pengambilan keputusan berfokus pada gaya yang digunakan manajer dalam memilih
alternatif. Misalnya, contoh tipologi gaya keputusan yang menggunakan manajer
sebagai representatif mengidentifikasi: (1) Karismatik (antusias, menarik,
banyak bicara, dominan): Richard Bronson dari Virgin Atlantic atau Herb
Kelleher, pendiri Southwest Airlines; (2) Pemikir (kekuatan otak, pintar,
logis, akademis): Michael Dell dari Dell Computer aim Bill Gates dari
Microsoft; (3) Skeptis (banyak permintaan, mengganggu, tidak menyenangkan, suka
melawan): Steve Case dari AOL-Time Warner atau Tom Siebel dari pengembang
perangkat Siebel Systems; (4) Pengikut (tanggung jawab, berhati-hati, mengikuti
tren, tawar-Menawar)Peter Coors dari Coors Brewery atau Carly Fiorina dari
Hewlett Packard; dan (5) Pengendali (logis, tidak emosional, bijaksana, cermat,
akurat, analitis): Mantan CEO Ford Jacques Nasser atau Martha Stewart dari
Omnimedia) Gaya-gaya ini merefleksikan sejumlah dimensi psikologi termasuk
bagaimana pembuat keputusan merasakan apa yang terjadi di sekitar mereka dan
bagaimana mereka memproses informasi
Matriks gaya perilaku pengambilan keputusan 2 x 2 dapat dikategorikan
menjadi dua dimensi orientasi nilai dan toleransi untuk ambiguitas. Orientasi
nilai berfokus pada perhatian pembuatan keputusan terhadap masalah tugas dan
teknis yang berlawanan dengan perhatian pada manusia manusia dan sosial.
Toleransi orientasi ambigu mengukur berapa banyak struktur dan control yang
diperlukan pembuat keputusan (keinginan untuk ambigu yang rendah) berlawanan
dengan perjuangan dalam situasi tidak menentu (keinginan untuk ambigu yang
tinggi). Dua orientasi dengan dimensi rendah dan tinggi dengan empat gaya
pengambilan keputusan: direktif, analitik, konseptual, dan perilaku.
a. Gaya Direktif
Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada
ambiguitas, dan berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini
cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan
masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan
segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada tindakan, cenderung
mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol,
dan secan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.
b. Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi
untuk ambiguitas dan tugas yang kuat
serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis situasi; pada kenyataannya,
mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak
informasi dan alternatif darpada pembuat keputusan direktif. Mereka juga
memerlukan waktu lama untuk mengambil kepuputusan mereka merespons situasi baru
atau tidak menentu dengan baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya
kepemimpinan otokratis.
c. Gaya Konseptual
Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk
ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka
berpandangan luas dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak
pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu
dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan kemudian
mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat keputusan konseptual
juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam menemukan solusi yang
kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu
mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan..
d. Gaya Perilaku
Pembuat
keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang
yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja
dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran
pendapat. Mereka cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai
informasi verbal daripada tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik dan
sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan
mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada orang lain, dan mereka tidak
membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan akan membuat orang
sedih.
e. Implikasi Gaya Keputusan
Penelitian menunjukkan bahwa pembuat keputusan cenderung mempunyai
lebih dari satu gaya dominan. Pada umumnya, manajer mengandalkan dua atau tiga
gaya keputusan, dan hal ini akan bervariasi menurut pekerjaan, tingkat kerja,
dan budaya. Gaya tersebut dapat digunakan untuk menentukan kekuatan dlan
kelemahan pembuat keputusan. Misalnya, pembuat keputusan analitis membuat
keputusan yang cepat, tetapi mereka juga cenderung otokrat dalam cara melakukan
sesuatu. Sama halnya, pembuat keputusan konseptual bersifat inovatif dan berani
mengambil risiko, tetapi mereka sering tidak tegas. Gaya ini membantu
menjelaskan mengapa manajer yang berbeda membuat keputusan yang berbeda setelah
mengevaluasi informasi yang sama. Secara keseluruhan, analisis gaya pembuat
keputusan berguna dalam memberikan pemikiran mengenai bagaimana menghadapi
berbagai gaya pengambilan keputusan.
9.
Teknik
Pengambilan Keputusan
a.
Teknik Partisipatif
Kebanyakan teknik berorientasi pada perilaku, setidaknya secara
tradisional, masuk dalam kategori partisipatif. Sebagai teknik pengamhilan
keputusan, partisipatif mencakup individu atau kelompok aalam proses 46 la
dapat dilakukan secara formal maupun informal, dan memerlukan keterlibatan
intelektual, emosional, dan fisik. Sejumlah partisipasi dalam pengambilan
keputusan berkisar dari tidak ada partisipasi pada satu sisi, di mana manajer
membuat keputusan dan tidak meminta bantuan atau :de dari siapapun, sampai
partisipasi penuh pada sisi lainnya, di mana setiap orang yang berhubungan Jan
terpengaruh oleh keputusan, sepenuhnya terlibat. Dalam praktiknya, tingkat
partisipasi ditentukan, oleh faktor pengalaman individu atau kelompok dan sifat
tugas. Semakin banyak pengalaman, semakin terbuka, serta semakin tidak
terstrukturnya tugas, partisipasi di dalamnya pun semakin banyak
Partisipasi semakin diminati dalam organisasi saat ini,. Teknik
partisipasi telah dibicarakan sejak awal gerakan hubungan manusia. Dan sekarang,
karena tekanan kompetisi, eliminasi hubungan, herarki bawahan-atasan, dan
munculnya tim, struktur horisontal, dan teknologi informasi terbatas, maka
organisasi, tim, dan manajer individu secara efektif menggunakan teknik
tersebut: misalnya, melalui penggunaan teknologi informasi, insinyur Raython di
Dallas dihadapkan dengan keputusan teknis. Setelah mencari masalah yang sesuai
dengan proyek perpustakaan online, insinyur tersebut mengirim e-mail ke
koleganya yang berkantor di West Coast yang mencoba menjawab pertanyaan yang
sama dan mereka bersama-sama memecahkan masalah tersebut.
Teknik partisipasi diterapkan secara informal pada individu atau
tim atau secara formal pada .program. Teknik partisipasi individu adalah di
mana karyawan memengaruhi pengambilan keputusan manajer. Partisipasi kelompok
menggunakan teknik konsultasi dan demokrasi. Manajer meminta dan menerima
keterlibatan karyawan dalam partisipasi konsultasi, tetapi manajer
mempertahankan hak untuk membuat keputusan. Dalam bentuk demokrasi, terjadi
partisipasi total, dan kelompok, bukan per individu, membuat keputusan akhir
dengan konsensus atau suara terbanyak.
Terdapat banyak atribut positif clan negatif dari pengambilan
keputusan partisipasi. Menyeimbangkan atribut tersebut dalam mengevaluasi
keefektifan pengambilan keputusan partisipasi merupakan hal yang sulit karena
keterlibatan faktor-taktor seperti gaya kepemimpinan atau kepribadian. Faktor
situasional, lingkungan, dan kontekstual
serta ideology. Meskipun terdapat juga dukungan penelitian umum, bentuk
teknik partisipasi yang berbeda mempunyai hasil yang berbeda. Misalnya,
partisipasi informal mempunyai efek positif pada produktivitas dan kepuasan
karyawan; partisipasi representasi mempunyai dampak positif pada kepuasan,
tetapi tidak pada produktivitas; dan partisipasi jangka pendek tidak efektif
pada kedua criteria.
Persoalanya adalah kecenderungan terhadap pseudo-partisipasi
(partisipasi palsu). Banyak manajer meminta partisipasi, tetapi saat bawahan
menanggapinya dengan memberi saran atau coba memberi masukan pada sebuah
keputusan, mereka diabaikan dan tidak pernah menerima umpan balik apa pun.
Dalam beberapa kasus, manajer mencoba membuat orang terlibat dalam tugas,
tetapi tidak dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dapat menyebabkan
bumerang pada kepuasan karyawan. Jika manajer menginginkan partisipasi
karyawannya, tetapi tidak pernah melibatkan mereka secara intelektual atau
emosional serta tidak pernah menggunakan saran mereka, maka hasilnya negatif.
Partisipasi juga menghabiskan waktu dan mempunyai beberapa kerugian umum
seperti pelemparan tanggung jawab. Akan tetapi, dari sudut pandang perilaku,
keuntungan pengambilan keputusan partisipasi lebih banyak daripada kerugiannya.
Mungkin keuntungan terbesarnya adalah teknik partisipasi pengambilan keputusan
menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat kontribusi signifikan terhadap
pencapaian sasaran organisasi.
b. Teknik Keputusan Kelompok
Sejauh ini, kemajuan yang terjadi dalam pengambilan keputusan
selama beberapa tahun belakan ini dikarenakan teknologi informasi. Sistem
informasi manajemen (SIM), sistem pendukung keputusan (DSS) terkomputerisasi,
data warehousing dan mining, dan sistem canggih dan para ahli
semakin ban} digunakan untuk membantu manajer membuat keputusan yang lebih baik.
Pendekatan berdasarkan informasi mempunyai dampak dan kesuksesan besar. Akan
tetapi terdapat beberapa kesimpulan penelitian terbaru yang mengindikasikan
bahwa teknologi informasi seperti DSS mungkin bukan solusi akhir untuk
pengambilan keputusan yang efektif. Misalnya, suatu studi menemukan bahwa lebih
banyak informasi disediakan dan dipertukarkan oleh kelompok den menggunakan
DSS, tetapi saat dibandingkan dengan kelompok tanpa DSS, tidak ada keputusan
lebih baik yang dihasilkan. Studi lain, meskipun DSS mengembangkan organisasi
dalam proses pengambilan keputusan, tetapi DSS juga menghasilkan diskusi yang
kurang kritis dan mendalam, akan tetapi, manajemen pengetahuan sekarang sedang
mengembangkan proses informasi nyata tidak nyata yang lebih efektif dan
peralatan teknologi sehari-hari (e-mail, pengolah kata, spreadsheet, desktop,
alat presentasi terkomputerisasi/PowerPoint, dan program database) menjadi
nomor dua. Kunci untuk pembuat keputusan yang efektif adalah bukan menjadi
seorang ahli teknologi informasi, tetapi menjadi pembuat keputusan yang dapat
menggunakan teknologi informasi efisien dan efektif untuk mengambil keputusan
yang lebih baik.
Selain dampak teknologi informasi yang semakin maju dalam
pengambilan keputusan, terdapat kebutuhan penting untuk teknik pengambilan
keputusan yang berorientasi perilaku. Sayangnya, hanya teknik perilaku
partisipasi yang dibahas sejauh ini yang tersedia untuk manajer. Tidak banyak
usaha untuk mengembangkan teknik yang membantu membuat keputusan pemecahan
masalah yang lebih kreatif. Seperti diakui manajemen pengetahuan, keputusan
kreatiflah yang merupakan tantangan utama yang dihadapi manajemen modern.
Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu
atau kelompok karena pengambilan keputusan individu membantu pengambilan
keputusan dalam organisasi saat ini, maka pemahaman dinamika kelompok dan tim,
menjadi relevan dengan pengambilan keputusan, sebagai contoh, pembahasan
masalah dan fenomena kesesuaian nilai dan etika kelompok seperti perubahan risiko
(bahwa kelompok mungkin membuat keputusan lebih berisiko daripada anggota
individu) membantu seseorang memahami kompleksitas pengambilan keputusan
kelompok dengan lebih baik. Kenyataannya, belakangan ini sejumlah skema
keputusan sosial muncul dari penelitian psikologi sosial. Skema tersebut antara
lain sebagai berikut:
1)
Skema
kemenangan mayoritas.
Skema yang lazim digunakan kelompok sampai kepada keputusan yang
didukung oleh mayoritas. Skema ini muncul untuk memandu pengambilan keputusan
saat tidak ada keputusan yang benar secara objektif. Contohnya adalah model
mobil apa yang dibuat saat berbagai model populer belum diuji dalam
"pengadilan" pendapat publik.
2)
Skema
kemenangan sebenarnya.
Saat semakin banyak informasi diberikan dan pendapat dibahas dalam
skema ini, kelompok menyadari bahwa ada satu pendekatan yang benar secara
objektif. Misalnya, kelompok memutuskan apakah penggunaan nilai tes untuk
menyeleksi karyawan akan berguna dan apakah informasi nilai tersebut mampu
memprediksi kinerja.
3)
Skema mayoritas
dua per tiga.
Skema ini sering digunakan juri yang cenderung menghukum terdakwa
saat dua per tiga juri menyetujui.
4)
Aturan
perubahan pertama.
Skema ini, kelompok cenderung menggunakan keputusan yang
mencerminkan perubahan pertama dalam pendapat yang diekspresikan anggota
kelompok. Jika kelompok produsen mobil terbagi dalam kelompok memproduksi mobil
touring atau tidak, maka kelompok cenderung melakukan ide awal setelah salah
satu kelompok yang awalnya menolak ide tersebut menyetujui perubahan. Jika juri
mengalami jalan buntu, anggota akhirnya mengikuti ketua juri untuk mengubah
posisi.
Selain skema tersebut, terdapat juga fenomena lain seperti
kecenderungan status quo (saat individu atau kelompok dihadapkan dengan
keputusan, mereka menolak perubahan dan cenderung bertahan dengan tujuan atau
rencana yang ada) yang memengaruhi pengambilan keputusan kelompok.
Saran seperti berikut ini dapat digunakan untuk membantu mengurangi
dan melawan kekuasaan status quo dan dengan demikian keputusan kelompok menjadi
lebih efektif. Saran tersebut sebagai berikut:
1)
Saat segalanya
berjalan dengan baik, pembuat keputusan sebaiknya tetap mewaspadai dan meninjau
kemungkinan alternatif.
2)
Sungguh baik
jika memiliki kelompok terpisah yang mengawasi lingkungan, mengembangkan
teknologi baru, dan menghasilkan ide baru.
3)
Untuk
mengurangi kecenderungan mengabaikan informasi negatif jangka panjang, manajer
sebaiknya mengumpulkan skenario kasus yang buruk dan prediksi yang mencakup
biaya jangka panjang.
4)
Membuat
checkpoint dan batasan untuk semua rencana.
5)
Ketika batasan
sudah dilewati, perlu mempunyai tinjauan rencana lain yang independen atau
terpisah.
6)
Nilailah orang
berdasarkan cara mereka mengambil keputusan, bukan hanya pada keputusannya,
terutama ketika hasil di luar kontrol.
7)
Menekankan
kualitas proses pengambilan keputusan tidak berarti sebaiknya manajer tidak
menampilkan konsistensi keberhasilan saat keadaan belum menunjukkan perubahan.
8)
Organisasi
dapat menetapkan tujuan, insentif, dan sistem pendukung yang mendorong eksperimen
dan pengambilan risiko.
Selain panduan sederhana di atas, teknik keputusan kelompok seperti
Delphi dan pengelompokan nominal juga dapat digunakan untuk membantu
menghilangkan disfungsi kelompok dan membantu membuat keputusan yang lebih
efektif.
c. Teknik Delphi
Meskipun Delphi pertama kali dikembangkan bertahun-tahun yang lalu
di perusahaan Rand Corporation, tetapi teknik tersebut baru dipopulerkan
belakangan ini sebagai teknik pengambilan keputusan kelompok untuk prediksi
jangka panjang. Saat ini, berbagai organisasi bisnis, pendidikan, pemerintahan,
kesehatan, dan militer menggunakan Delphi. Tidak ada teknik keputusan yang
dapat memprediksi masa depan sepenuhnya, tetapi teknik Delphi sepertinya sebaik
bola kristal dalam meramal.
Teknik ini, yang dinamakan seperti ramalan di Delphi pada masa
Yunani kuno, mempunyai ebberapa variasi, tetapi umumnya bekerja sebagai
berikut:
1)
Sebuah kelompok
(biasanya terdiri dari para ahli, tetapi dalam kasus ini bukan para ahli pun
mungkin sengaja menggunakannya) dibentuk, tetapi anggota tidak berinteraksi
langsung (tatap muka) satu sama lain. Dengan demikian, biaya pengeluaran untuk
mempertemukan kelompok dapat dikurangi.
2)
Setiap anggota
diminta membuat prediksi atau input tanpa mencantumkan nama untuk keputusan
kelompok.
3)
Setiap anggota
k'emudian menerima umpan balik gabungan dari orang lain. Dalam beberapa
variasi, alasan dkcantumkan (tanpa nama), tetapi kebanyakan hanya data dan
daftar gabungan yang digunakan.
4)
Pada umpan
balik, dilakukan babak lain dari input anonim. Pengulangan terjadi pada
sejumlah waktu yang telah ditetapkan atau sampai umpan balik gabungan tetap
sama, yang berarti setiap orang masuk dalarn posisinya.
Kunci utama keberhasilan teknik ini adalah anonimitasnya.
Meneruskan respons anggota kelompok Delphi yang tanpa nama menghapus masalah
"menjaga gengsi" dan mendorong para ahli untuk lebih fleksibel dan
diuntungkan dari penilaian orang lain. Pra ahli mungkin lebih memerhatikan
pembelaan posisi mereka daam teknik pengambilan keputusan kelompok yang berinteraksi
secara tradisional dari ada membuat keputusan yang baik.
Banyak organisasi membuktikan diri sukses dengan teknik Delphi.
Weyerhaeuser, perusahaan suplai bangunan, menggunakan teknik tersebut untuk
memprediksi apa yang akan terjadi pada bisnis konstruksi, dan G1axoSmithKline,
manufaktur obat, menggunakan teknik tersebut untuk mempelajari ketidakpastian
obat. TRW, perusahaan berorientasi teknologi yang sangat beragam, mempunyai 14
panel Delphi, masing-masing 17 anggota. Panel menyarankan produk dan layanan
yang mempunyai potensi pemasaran dan memprediksi perkembangan teknologi dan
peristiwa politik, ekonomi, sosial, Jan budaya yang signifikan. Selain aplikasi
bisnis, teknik berhasil digunakan pada berbagai masalah dalarn pemerintahan,
pendidikan, kesehatan, dan militer. Dengan kata lain, Delphi dapat diterapkan
pada berbagai perencanaan program dan masalah keputusan dalarn berbagai
organisasi.
Kritik utama terhadap teknik Delphi berpusat pada konsumsi waktu,
biaya, clan efek papan Ouija. iietiga kritik tersebut mengimplikasikan bahwa
Delphi tidak memiliki basis atau dukungan ilmiah. Unuk menghadapi kritik
tersebut, Rand berusaha menvalidasi Delphi melalui eksperimen terkontrol.
Peusahaan mengatur panel non-ahli yang menggunakan teknik Delphi untuk menjawab
pertanyaan, "Berapa banyak suara untuk Lincoln ketika dia pertama kali
menjadi presiden?" dan "Berapa harga rata-rata yang diterima petani
untuk apel pada tahun 1940?" Pertanyaan khusus ini digunakan karena
rata-rata orang tidak tahu jawaban yang tepat, tetapi mengetahui subjeknya.
Hasil studi menunjukkan bahwa perkiraan awal oleh panel non-ahli hampir benar,
tetapi dengan teknik umpan balik anonim. Delphi, perkiraan akan lebih
mendekati.
d. Teknik Kelompok Nominal
Berhubungan dekat dengan Delphi adalah pendekatan kelompok nominal
untuk pengambilan keputusan kelompok. Kelompok nominal telah digunakan oleh
ahli psikologi sosial dalam penelitian mereka selama bertahun-tahun. Kelompok
nominal hanyalah "kelompok di atas kertas". Ini hanya nama kelompok
karena tidak ada interaksi verbal antaranggota. Dalam penelitian dinamika
kelompok, ahli psikologi sosial akan mengadu kelompok yang berinteraksi dengan
kelompok nominal (sebuah kelompok individu yang dikumpulkan bersama-sama,
tetapi tidak berinteraksi secara verbal). Dalam konteks jumlah ide, keunikan
ide, dan kualitas ide, penelitian menemukan bahwa kelompok nominal lebih unggul
dibanding kelompok riil. Kesimpulan umum adalah kelompok yang berinteraksi mempunyai
disfungsi tertentu yang menghalangi kreativitas. Sebagai contoh, sebuah studi
menemukan bahwa kinerja peserta dalam kelompok interaktif lebih serupa dan
lebih sesuai daripada kinerja kelompok nominal." Akan tetapi, kompleksitas
bertambah ketika sebuah studi terbaru menemukan bahwa (1) kelompok interaktif
lebih memerhatikan input anggota berkinerja paling tinggi dan (2) kelompok
interaktif mempunyai kinerja pada tingkat terbaik dari sejumlah individu yang
sama. Tetapi, kecuali untuk mendapatkan ide, efek anggota kelompok yang
berinteraksi'diketahui memiliki efek positif yang lebih signifikan pada
sejumlah variabel.
Saat pendekatan kelompok nominal murni dikembangkan menjadi teknik
khusus untuk pengambilan keputusan dalam organisasi, pendekatan ini dinamakan
nominal group technique (NGT) dan terdiri dari langkah berikut ini:
1)
Pembangkitan
ide yang tidak terucapkan melalui tulisan
2)
Umpan balik
round-robin dari anggota kelompok, yang mencatat setiap ide dalam frasa pendek
pada flip chart atau papan tulis
3)
Pembahasan
setiap ide yang tercatat untuk klarifikasi dan evaluasi
4)
Voting individu
mengenai ide prioritas, dengan keputusan kelompok diambil secara matematis
menurut rating"
Perbedaan antara pendekatan tersebut dan metode Delphi adalah
anggota NGT biasanya diperkenalkan satu sama lain, mempunyai kontak langsung,
dan berkomunikasi secara langsung dalam langkah ketiga.
Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, terdapat beberapa
bukti bahwa kelompok NGT muncul dengan lebih banyak ide daripada kelompok yang
berinteraksi secara tradisional dan melakukan dengan lebih baik, atau sedikit
lebih baik, daripada kelompok yang menggunakan Delphi. Sebuah studi menemukan
bahwa kelompok NGT mencapai kinerja pada tingkat akurasi yang sama dengan
anggota yang paling pandai, akan tetapi, studi lain menemukan bahwa kelompok
NGT tidak memiliki kinerja, kelompok pesertanya secara pervasif juga menyadari
permasalahan kelompok dan saat di mana tidak ada orang dominan yang menghalangi
orang lain untuk mengomunikasikan ide. Sebuah studi menemukan bahwa individu
yang bekerja sendiri dan kemudian masuk dalam kelompok nominal menjadi
superior, tetapi untuk pembangkitan ide melalui komputer, kelompok yang utuh
(seperti kelompok kerja reguler) menghasilkan lebih banyak ide (dengan kualitas
tinggi) daripada orang yang bekerja dalam subkelompok atau individu dalam
kelompok nominal.
C. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan merupakan
tahap-tahap yang harus dilalui atau digunakan untuk membuat keputusan.
Tahap-tahap ini merupakan kerangka dasar, sehingga setiap tahap dapat
dikembangkan lagi menjadi beberapa sub tahap (disebut langkah) yang lebih
khusus/spesifik dan lebih operasional.
Secara
sederhana, proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai
berikut :
1.
Penemuan Masalah
Tahap ini
merupakan tahap untuk mendefinisikan masalah dengan jelas, sehingga perbedaan
antara masalah dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas.
2.
Pemecahan Masalah
Tahap ini
merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah ada atau sudah jelas.
Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut :
a.
Identifikasi alterntif-alternatif keputusan
untuk memecahkan masalah
b.
Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak
dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia, identifikasi
peristiwa-peristiwa di masa datang (state of nature)
c.
Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau
mengukur hasil, biasanya berbentuk tabel hasil (pay off table).
d.
Pemilihan dan penggunaan model pengambilan
keputusan
3.
Pengambilan Keputusan
Keputusan yang
diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau kondisi yang ada,
seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti, dan kondisi
konflik.
Terdapat
beberapa pendapat para ahli tentang proses pengambilan keputusan, yang dapat
dijadikan bandingan dengan pendapat di atas, diantaranya adalah sebagai berikut
:
a.
Menurut Simon (1960)
Simon (1960)
mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini
terdiri atas tiga fase, yaitu :
1)
Intelligence
Tahap ini
merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta
proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam
rangka mengidentifikasikan masalah.
2)
Design
Tahap ini
merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif tindakan
yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan
solusi, dan menguji kelayakan solusi.
3)
Choice
Pada tahap ini
dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin
dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses
pengambilan keputusan.
b.
Menurut Richard I. Levin, dkk
Menurut
Richard, et., all. Proses Pengambilan Keputusan terdiri atas 6 tahap,
yaitu sebagai berikut :
1) Observasi
Tahap ini
berupa (aktivitas proses) kunjungan lapangan, konprensi, observasi, dan riset
yang dapat menjadi informasi dan data penunjang.
2) Analisis dan
Pengenalan Masalah
Tahap ini dapat
berupa (aktivitas proses) penentuan penggunaan, penentuan tujuan, dan penentuan
batasan-batasan yang dapat menjadi pedoman atau petunjuk yang jelas untuk
mencari pemecahan yang dibutuhkan.
3) Pengembangan
Model
Tahap ini dapat
berupa (aktivitas proses) peralatan pengambilan keputusan antar hubungan model
matematik, riset yang dapat menjadi (output proses) model yang berfungsi di
bawah batasan lingkungan yang telah ditetapkan.
4) Memilih Data
Masukan yang Sesuai
Tahap ini dapat
berupa data internal dan eksternal, kenyataan, pendapat, serta data bank
komputer yang dapat menjadi (output process) input yang memadai untuk
mengerjakan dan menguji model yang digunakan.
5) Perumusan dan
Pengujian
Tahap ini berupa
pengujian, batasan, dan pembuktian yang dapat menjadi pemecahan yang membantu
pencapaian tujuan.
6) Penerapan
Pemecahan
Tahap ini
berupa pembahasan perilaku, pelontaran ide, pelibatan manajemen, serta
penjelasan yang menjadi pemahaman manajemen untuk menunjang model operasi dalam
jangka yang lebih panjang.
Secara umum,
proses pengambilan keputusan dibagi kedalam 5 tahap, yaitu:
Tahap pertama yaitu, pemahaman dan Perumusan Masalah.
Para manager sering menghadapi kenyataan bahwa masalah yang sebenarnya sulit
dikemukaan atau bahkan sering hanya mengidentifikasikan masalah, bukan penyebab
dasar. Para manager dapat mengidentifikasi masalah dengan beberapa cara.
Pertama, manager secara sistematis menguji hubungan sebab-akibat. Kedua manager
mencari penyimpangan atau perubahan dari yang “noirmal”.
Tahap kedua yaitu, pengumpulan dan Analisis Data yang
Relevan. Setelah manajer menemukan dan merumuskan masalah, manajer harus
memutuskan langkah-langkah selanjutnya. Manajer pertama kali harus menentukan
data-data apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dan kemudiaan
mendapatkan informasi tersebut.
Tahap ketiga, pengembangan Alternatif-Alternatif.
Kecenderungan untuk menerima alternatif keputusan pertama yang “fleksibel”
sering menghindarkan manager dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk
masalah manajer.Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan manajer menolak
kecnderungan untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat keputusan yang
efektif. Manager harus memilih suatu alternatif yang cukup baik, walaupun bukan
esuatu yang sempurna atau ideal.
Tahap keempat, evaluasi Alternatif-Alternatif. Setelah
manajer mengembangkan sekumpulan alternatif, mansger harus mengevaluasi
sekumpulan alternati, manager harus mengevaluasi untuk menilai efektifitas
etiap alternatif.
Tahap kelima, pemilihan Alternatif Terbaik. Pembuatan
keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif. Alternatif terpilih
akan didasarkan pada jumlah informasi bagi manager dan ketidaksempurnaan
D. Peran serta
Pengaruh Sistem Informasi dalam Pengambilan Keputusan
Sebuah organisasi pada dasarnya selalu membuat adanya sebuah sistem
yang bisa digunakan untuk mengumpulkan, mengelola, menyimpan, melihat dan
menyalurkan kembali informasi yang bersangkutan. Sebagai contohnya adalah
sebuah organisasi yang bergerak dalam uasah penjualan barang, maka jenis
informasi yang diperlukan pertama kali sebelum organisasi tersebut memasarkan
barangnya adalah:
1.
Informasi
mengenai kebutuhan yang ada didalam masyarakat terhadap barang yang akan
dipasarkan
2.
Informasi
mengenai kemampuan dan daya beli masyarakat
3.
Informasi
mengenai peraturan-peraturan penerimaan yang ada hubungannya dengan barang yang
akan dipasarkan, dan
4.
Informasi lain
yang relevan.
Peranan
informasi dalam kehidupan memang sangat penting. Pemakai utama informasi adalah
manajemen, yaitu semua orang yang ada dalam organisasi yang tugas dan tanggung
jawab utamanya adalah memfungsikan organisasi secara efektif dan efisien.
Sedangkan kegunaan informasi yang paling utama adalah untuk mengambil
keputusan. Dimana pengambilan keputusan sendiri adalah proses memilih suatu
alternatif dari beberapa alternatif yang ada dengan mempertimbangkan
efektiftifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan norganisasi atau
pemerintahan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa semua
SIM adalah untuk menunjang pengambilan keputusan.
Akan
tetapi istilah yang lebih popular untuk SIM dirancang guna menunjang
keputusan-keputusan manajemen pada area-area permasalahan tertentu adalah
decision support system (DSS). Jadi DSS adalah SIM dan SIM adalah DSS. Hanya
saja DSS itu penekanannya lebih besar pada pengambilan keputusan, sedangkan SIM
penekanannya lebih pada penyajian informasi. Jadi sistem informasi manajemen
adalah instrument atau alat penyaji informasi. Informasi apa yang harus
disajikan, bagaimana bentuk dan struktur SIM itu sendiri sangat ditentukan oleh
fungsi yang diembannya. Dalam hal ini fungsi adalah pengambilan keputusan.
Untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan dalam proses pengambilan keputusan,
maka diperlukan informasi-informasi yang berkualitas (akurat, tepat waktu,
relevan).
Selanjutnya keuntungan-keuntungan yang dapat
diperoleh dari penggunaan DSS adalah:
1.
Dapat
menyelesiakan problem yang kompleks
2.
Sistem dapat
berinteraksi dengan pemakainnya
3.
Lebih cepat dan
dengan hasil yang lebih baik dibanding dengan pengambilan keputusan yang
intuisisi(mengandalkan perasaan) terutama untuk lingkungan yang cepat berubah
4.
Menghasilkan
acuan data untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi bagi manajer yang kurang
berpengalaman
5.
Untuk masalah
yang berulang DSS dapat member keputusan yang efektif
6.
Fasilitas untuk
mengambil data dapat memberikan beberapa manajer berkomunikasi dengan lebih
baik
7.
Meningkatkan
produktivitas dan kontrol dari manajer.
Penilaian keputusan dalam SIM adalah sebagai
berikut:
1.
Mutu dari
keputusan, hasil dari keputusan yang diambil tidak menyimpang dari apa yang
diharapkan.
2.
Frekuensi dari
keputusan yang dibatalkan oleh atasan dalam organisasi, tingkat keseringan
(beberapa kali) pembatalan keputusan yang dilakukan oleh pihak atasan.
3.
Jumlah
alternatif yang yang dipertimbangkan sebelum mengambil sebuah keputusan, berapa
banyak dan apa saja alternatif-alternatif yang dipertimbangkan sebelum
mengambil keputusan.
4.
Hasil teoritis
dari suatu kemungkinan, perhitungan-perhitungan yang dilakukan terhadap suatu
keputusan yang akan diambil.
5.
Waktu yang
diperlukan untuk mengambil keputusan, lamanya waktu yang di perlukan untuk
pengambilan keputusan.
6.
Jumlah
keputusan yang telah diambil, berapa banyak keputusan yang telah diambil oleh
manajemen yang menggunakan SIM.
7.
Otomatisasi
dari situasi keputusan yang bersifat rutin di dalam organisasi.
8.
Biaya,
kelayakan biaya yang harus dikeluarkan oleh organisasi dalam proses pengambilan
keputusan.
Adapun Komponen Sistem Informasi Manajemen
terdiri atas:
1.
Perangkat keras
Terdiri dari: Unit komputer, unit penyimpanan, unit pencetak, unit scan,
unit modem, unit wifi, unit router, unit hub/switch hub.
2.
Perangkat lunak
Sistem perangkat lunak umum, sistem operasional dan sistem
manajemen data. Aplikasi perangkat lunak umum, contoh: model analisi dan sistem
pendukung keputusan. Aplikasi perangkat lunak yang terdiri dari program yang
khusus dibuat untuk aplikasi.
3.
Database
Berupa file yang berisi program dan sub program sebagai media
penyimpanan, manipulasi, editing dan sebagainya. Contoh: Oracle, SQL Server,
MYSQL, Postgre, Ms. Acces dan lain-lain.
4.
Prosedur
Berupa buku panduan, instruksi, tata tertib, seperti:
a.
Instruksi
persiapan masuk jaringan
b.
Instruksi
pemakaian
c.
Instruksi
pemakaian pusat dan fakultas.
d.
Petugas
e.
Orang yang
berkecipung di dalam SIM, Contoh: Operator komputer,analisis system, programmer,
operator data entry, manajer SIM.
5.
Struktur SIM
Struktur terdiri dari sub sistem- sub sistem yang masing-masing di
bagi menjadi:
a.
Proses
pengolahan transaksi
b.
Dukungan
operasi sistem informasi
c.
Dukungan
pengendalian manajerial informasi
d.
Dukungan
perencanaan strategis sistem informasi
6.
Manajemen
Informasi
Manajemen mengelola lima jenis sumber daya, berikut ini:
a.
Manusia,
merupakan sumber daya fisik
b.
Material,
merupakan sumber daya fisik
c.
Masin,
merupakan sumber daya fisik
d.
Uang, merupakan
sumber daya fisik
e.
Data dan
Informasi, merupakan sumber daya konseptual.
Sumber
daya fisik akan dikelola setelah diperoleh, agar saat diperlukan sumber daya
siap digunakan secara maksimal, bila perlu diganti sebelum sumberdaya tersebut
menjadi tidak efisien. Contoh penggantian sumber daya: beli mesin baru,
penambahan supply listrik dan lain-lain.
Tugas
manajer adalah mengelola sumber daya fisik dan mencangkup juga pengelolaan
sumber daya konseptual. Mendapatkan data mentah lalu mengelolanya sehingga
menghasilkan informasi yang berguna, baru setelah itu memanfaatkan secara
efektif untuk mengambil keputusan dan jika perlu mengganti informasi yang sudah
lama. Sehingga manajemen informasi bisa diartikan memperoleh, menggunakan
seefektif mungkin. Manajemen informasi mudah sekali terpengaruh dan juga
tentunya ketinggalan jaman, maka perlu perhatian khusus.
Kompleksitas kegiatan bisnis
meningkat disebabkan oleh:
1.
Pengaruh
ekonomi internasional
2.
Persaingan
global
3.
Kompleksitas
teknologi semakin meningkat
4.
Batas waktu
yang singkat
5.
Dampak kendala-kendala
sosial
6.
Kemampuan
komputer yang semakin baik
7.
Pemakaian
semakin tau bagaimana memberdayakan komputer untuk membantu pekerjaan.
8.
Keahlian
manajemen, Seorang manajer yang berhasil harus memiliki banyak keahlian, tetapi
ada dua hal yang mendasar yang perlu dikuasai, yaitu:
a.
Keahlian
komunikasi
b.
Keahlian
pemecahan masalah
Metode
pengolahan data adalah suatu proses menerima data sebagai masukan, memproses
menggunakan program tertentu, dan mengeluarkan hasil proses data tersebut dalam
bentuk informasi.
Pemprosesan data terdiri dari tiga langkah
dasar yaitu:
1.
Input
2.
Proses
3.
Out put
Tiga langkah dasar tersebut juga disebut
sebagai siklus pengolahan data.
1.
Metode Batch
processing
Batch berarti
pengumpulan data dalam periode tertentu. Batch processing berarti pengolahan
data yang dikumpulkan dulu sebagai beberapa periode .
2.
Metode off-line
Processing
Metode off-line merupakan suatu proses transaksi online
processing, hanya pada transaksi terjadi gangguan jaringan luar, misalnya: via
internet, satelit.
3.
Metode semi
online processing
Metode semi online adalah suatu metode yang menjembati
antara metode online, off line, batch processing.
4. Metode online Processing.[13]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Sistem informasi merupakan suatu kombinasi teratur dari
orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya
data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah
organisasi. Sistem informasi adalah satu kesatuan data olahan yang terintegrasi
dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara
maupun tulisan. Dengan demikian, sistem informasi merupakan proses menjalankan
fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi
untuk kepentingan tertentu. Komponen sistem informasi disebut blok (building
block), terdiri dari 9 (sembilan) komponen, yaitu:
a.
Komponen Input
b.
Komponen Model
c.
Komponen Output
d.
Komponen Teknologi
e.
Komponen Hardware
f.
Komponen Software
g.
Komponen Basis Data (Database)
h.
Komponen Kontrol
i.
Komponen Jaringan
2.
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses
pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk
ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Menurut Terry (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 5) pengambilan
keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara
alternatif-alternatif yang dimungkinkan Hakikatnya pembuatan keputusan adalah
suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang tepat.
3.
Secara umum, proses pengambilan keputusan
terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut :
a.
Penemuan Masalah
Tahap ini merupakan
tahap untuk mendefinisikan masalah dengan jelas, sehingga perbedaan antara
masalah dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas.
b.
Pemecahan Masalah
Tahap ini
merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah ada atau sudah jelas.
c.
Pengambilan Keputusan
Keputusan yang
diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau kondisi yang ada,
seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti, dan kondisi
konflik.
4. Peranan
informasi dalam kehidupan memang sangat penting. Pemakai utama informasi adalah
manajemen, yaitu semua orang yang ada dalam organisasi yang tugas dan tanggung
jawab utamanya adalah memfungsikan organisasi secara efektif dan efisien.
Sedangkan kegunaan informasi yang paling utama adalah untuk mengambil
keputusan. Dimana pengambilan keputusan sendiri adalah proses memilih suatu
alternatif dari beberapa alternatif yang ada dengan mempertimbangkan
efektiftifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan norganisasi atau
pemerintahan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa semua
SIM adalah untuk menunjang pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifiani Ria. 2010. Jurnal: Peran Sistem Informasi Manajemen
dalam Pengambilan Keputusan Seorang Manajer.
H. M. Jogiyanto.2007.Model Kesuksesan Sistem
Informasi Tegnologi.Yogyakarta: ANDI.
Ibnu Syamsi. 1995. Pengambilan Keputusan dan Sistem
Informasi.Jakarta: Bumi Aksara
Marimin, dkk.2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber
Daya Manusia.Jakarta: Grasindo.
Messie, Joseph.1985 Dasar-Dasar Manajemen.Jakarta:Erlangga.
Moekijat, 1988. Pengantar Sistem Informasi Manajemen.
Bandung : CV Remadja Karya.
Najmudin Mulyono. Jurnal: Sistem Informasi Manajemen Terhadap
Pengambilan Keputusan.
Ony N S. Sony Damalan, Hananto A K dan Ega Matrianingsih. 2012.
Jurnal: Informasi, Manajemen Publik dan Pengambilan Keputusan.
P. Siagian, Sondang.2003.Manajemen Sumber Daya
Manusia.Jakarta: Bumi Aksara.
Rocaety, Ety, dkk.2005. System Informasi Manajemen Pendidikan.Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Setioko Aji. 2010. Jurnal: Pengambilan Keputusan dalam Perilaku
Organisasi.
Siswanto B.2005. Pengantar Manajemen.Jakarta:
Bumi Aksara.
S. P. Hasibuan, Malayu.2003.Manajemen: Dasar,
Pengertian, dan Masalah.Jakarta: Bumi Aksara
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_informasi
[2] Marimin, dkk, Sistem Informasi Manajemen
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Grasindo,
2006),2.
2006),2.
[3] Ety Rocaety, dkk, system Informasi
Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005) hal 2-3
2005) hal 2-3
[4] Marimin, dkk, Sistem Informasi. . .
., 2
[5] Marimin, dkk, Sistem Informasi. . .
. , 3
[6] Ety Rocaety, dkk, system Informasi .
. . . , 3
[7] Jogiyanto H. M., Model Kesuksesan Sistem
Informasi Tegnologi, (Yogyakarta: ANDI, 2007),
59
59
[8] Ety Rocaety, dkk, system Informasi. . .
. 4
[10] Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber
Daya Manusia, (Yogyakarta: ANDI, 2002), 1
[11] B. Siswanto, pengantar Manajemen, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), 11
[12] Ety Rocaety, dkk, system Informasi . . .
. ,12-13
Makasih,sangat membantu dalam proses pembelajaran saya terutama tugas😊
BalasHapusmakasih yaa... sangat membatu saya dalam pembelajaran di rumah
BalasHapus