DAULAH TURKI USMANI
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Berdirinya Daulah Turki Usmani
Bangsa
Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu
Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh
serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Negeri
Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada
dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan
islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke
puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan
muawiyah , kam muslim belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah
dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Setelah
perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk
dengan kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus
meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki pemerintahan yang
terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.
Orang-orang
Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz
Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi
penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke
negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat. Kabilah
ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu
kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama
Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra
yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian
lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini
adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah
Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq
sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada
abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan
Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan
serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah
(Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan
diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari
tempat perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah
pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan
Saljuk yang berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium
dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul
meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya
yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300,
bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam
beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim
Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara
tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar
“Padinsyah Ali Usman”.
Setelah
Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300
M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di
sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu
daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat
dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir
kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang
putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut
disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya masing-masing.
Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya
dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa.
Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan
hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran
Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti
Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada
tahun 1338 M.
B.
Raja-raja Turki Usmani
Dalam
masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai
raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini
akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H Usman
melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah
Al-Usman (Raja besar keluarga Usman),
gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat
tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu
peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk
Islam
2) Membayar
Jizyah; atau
3)
Berperang
Penerapan
sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang
tunduk kepada Usman.
2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan
menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan
Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhasil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil.
Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan
ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama
kali dipergunakan senjata meriam.
3. Sultan Murad I bin Urkhan
(761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan
keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan
bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota
kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya
terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan
seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada
waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta
bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka
peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M).
Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke
tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa
Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
4. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya
dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil
dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya,
sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap
pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang
Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat
dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika
melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami
kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam
tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki
Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan
diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid
muncul.
5. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa
Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain
berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki
Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid
dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali
negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat
mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan
menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat.
Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh
kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
6. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh
Sulatan Murad II. Cita0citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I.
Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerahdaerah
yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang
dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara
Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II
menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya
yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada
akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai
akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah
Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin
oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih
karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad AlFatih berusaha
membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium.
Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai
raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad
AlFatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam
yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
a. Dorongan iman kepada Allah
SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan
ajaran Islam.
b. Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
c. Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan
pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel
dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan
benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli
Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu
dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel.
Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan.
Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan
Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki
Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan
mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota
itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti
menjadi Istanbul. Jatuhnya kota
Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula dapat dikuasai negri
sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah
pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh
beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481 -1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang
Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi
kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan
sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan
kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat
diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga
kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri
kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877
M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
C.
Masa Kemajuan Turki Usmani
1.
Aspek kekuasaan wilayah dan bidang militer
Para
pemimpin kerajaan Turki Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang
kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Faktor
terpentiang adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan
militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun
1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada
masanya berdiri Akademi militer sebagai
pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer
yang besar dan dengan mudahnya dapat
menaklukan Sebagian daerah benua Eropa
yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan
Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M)
pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan
dalam negri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang
kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan
seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang
di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di
Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid
naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia,
morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas.
Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi
pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di
samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada
akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua
putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun
1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal,
terjadi perebutan kekuasaan di antara putra –putranya (Muhammad, isa dan
sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta
(1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali kekuatan
dan daerahnya dari bangsa
mongol, terlebih setelah Timur
lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad
meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga
mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih
(1451-1484 M) putra Murrad II. Pada masa
Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan
Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan
Bayazid II. Berbeda
dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan
Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan
putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520
M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia,
Syiria hingga menembus Mesir di Afrika
Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk. Setelah
Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai
Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena
telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair,
Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia,
Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan
seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
2.
Aspek Ilmu Pengetahuan dan Budaya
-
Tempat
pendidikan
Secara umum pada masa dinasti
usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan,
sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan
kurang begitu menonjol, tidak seperti
Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat
yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu
pengetahuan memdapat cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak
kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun
kecil, demikian pula dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua
sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan
memiliki kurikulum serta bersistem
jurusan.
Disamping pembangunan
sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga
terlihat dari perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana
pengelolaan perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan keteraturan
catatan peminjan.
-
Penerjemahan
kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah
dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia
dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah
masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang
diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan
abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul
al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat
untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah.
-
Keagamaan
Agama dalam tradisi
masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik.
Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan
dan masyarakat. Dalam kajian-kajian keagamaan, seperti fikih, ilmu kalam, tafsir dan hadits bisa dikatakan tidak
mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk
menegakkan satu paham ( Madzhab) keagamaan dan menekan madzhab lainnya, seperti
yang dilakukan Sultan Abdil al-Hamid II, ia begitu fanatik terhadap
aliran Asy'ariyah. Untuk itu ia memerintah Syekh Husein al-Jisri menulis kitab
Al-Husnu alHamidiyyah untuk melestarikan aliran yang dianutnya. Akibat lainnya
adalah ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis dalam bentuk sarah
(penjelasan) terhadap karya-karya klasik.
-
Kebudayaan
Kebudayaan turki Usmani
merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya kebudayaan Persia,
Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran etika dan tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium, sedangkan
ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan,
dan huruf mereka terima dari bangsa Arab.
-
Ekonomi
Tercatat
beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :
a. Mesir,
sebagai pusat produksi kain sutra dan katun.
b. Anatoli
selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur,
juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
D.
Runtuhnya Daulah Turki Usmani
Masa kemerosotan Turki Usmani dimulai dari krisis suksesi sepeninggal Sultan Sulaiman pada 1566 M. Sampai sebelum Turki menjadi Republik 1923 M di tangan Mustafa kamal At-Taturuk, tercatat 27 Sultan tidak ada lagi yang dapat diandalkan. Tentu kemewahan hidup dalam Istana telah merusak mental anak-anak Sultan tersebut.
Sultan Salim II
(1566-1573 M) pengganti Sultan Sulaiman
terjadi peperangan antara angkatan laut Turki Usmani dengan angkatan laut Spanyol di selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran itu, Turki Usmani mengalami kekalahan sehingga Tunisia dapat direbut musuh. Di masa Sultan Murad III (1574-1595 M) walau Sultan Murad III berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa nafsu, tetapi Tunisia dapat direbut kembali, dan juga menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M) dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Akibat moral Sultan
Murad II yang jelek timbul kekacauan
dalam negeri, ditambah lagi dengan tampilnya Sultan Muhammad III (1595-1603 M) yang bermoral lebih jelek dari Murad II. Dalam situasi gawat begini, Austria berhasil memukul Turki Usmani. Di luar negeri, kejayaan Turki Usmani di mata orang-orang Eropa sudah memudar. Di dalam negeri timbul pemberontakan-pemberontakan, seperti di Syria di bawah pimpinan Kurdi Jumblad, di Lobanon di bawah pimpinan Amir Fakhruddin. Dengan negara-negara tetangga terjadi peperangan, seperti dengan kerajaan Persia di bawah pimpinan Syah Abbas. Bahkan tentara elit kebanggaan dan andalan Turki Usmani ikut memberontak karena tidak memdapat perhatian serius dari pemerintah.
Dalam rentang waktu
yang sudah sangat panjang Daulah
Turki Usmani memerintah di Eropa sudah mulai timbul negara-negara yang kuat. Demikian juga Rusia di bawah Peter Yang Agung telah menjadi negara yang maju, sehingga daerah Turki Usmani di Eropa satu persatu membebaskan diri dari kekuasaan Daulah Turki Usmani, seperti Yunani memproklamirkan kemerdekaannya kembali 1829 M, demikian juga Rumania lepas 1856 M. Maka Daulah Turki Usmani yang sudah pernah jaya dan malang melintang di berbagai pertempuran baik di Timut maupun Barat, kini mendapat julukan “the sick man of Europe” yang tinggal menunggu detik-detik kematiannya.
Faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan Turki Usmani adalah
sebagai berikut :
1. Karena amat luasnya kekuasaan Turki Usmani, administrasi
pemerintahannya amat rumit dan komplek. Sementara dilain pihak memang
pengaturannya tidak ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas, malahan
keinginannya terus memperluas daerahnya dengan peperangan terus menerus
sehingga banyak mengorbankan tenaga dan waktu bukan dipakai untuk membangun
negara.
2. Beragamnya penduduk, baik ditinjau dari suku, budaya, bahkan
perbedaan agama menyebabkan pengaturannya pun beragam pula.
3. Karena lemahnya para
penguasa sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni akibat dari kepemimpinan para sultan
yang lemah sehingga membuat Negara hancur dan melemah. Kekacauan itu dibiarkan
terus dan tidak pernah diatasi secara sempurna, maka semakin lama semakin parah sampai jatuh sakit di Eropa dan tidak ada yang mampu lagi menyembuhkannya.
Kesimpulan
Kerajaan
turki utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan. Pada abad
pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab, bahkan
kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah
adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang lebih 6 abad
memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi
bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada
pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting yang
harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan konstantinopel,
membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan turki utsmani
menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan
orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat
mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa
yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat
dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak
ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme
individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan
hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin
membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Al Usairi, Ahmad, terjemah Tarikhl Al Islamiy
“Sejarah Islam”, Akbar, Jakarta 2008.
C.E. Bosworth, Dinasti-dinasti Islam,(Bandung:
Mizan, 1980).
Edyar, Busman dan Ilda Hayati, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta, Pustaka Asatruss,2009).
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah
Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996).
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam
Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988).
Syalaby,Ali Muhammad, Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah
Utsmaniyah,pustaka Al kautsar, Jakarta 2008.
Tim Penyusun Tarikh 'Gontor'. Tarikh
Islam 1. Gontor Press. 2004: Ponorogo.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Hai Amina,
BalasHapussenang membaca tulisanmu mengenai sejarah Turki. Saya juga memiliki blog yang berisi artikel-artikel sejarah Turki. Kunjungi blog saya di: frialsupratman.blogspot.co.id
Dalam sejarah perjalanan Islam, kondisi politik pemerintahan Islam
BalasHapusmengalami pasang surut. Kadang maju kadang pula mundur,1
teruta-
ma pada masa pertengahan (1250-1800). Kemajuan-kemajuan yang
dicapai pada periode klasik telah dihancurkan oleh tentara Mongol dan
mengakibatkan runtuhnya Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Runtuhnya
kekhalifahan ini mengakibatkan kekuasaan politik Islam mengalami
kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaan Islam terpecah-pecah
dalam beberapa kerajaan-kerajaan kecil yang satu dengan lainnya saling
memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam dihan-
curkan oleh tentara-tentara Mongol. Kondisi politik tersebut terus
berlangsung hingga muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar
yang di antaranya adalah kerajaan Turki Usmani (Ottoman). Kerajaan
ini berhasil memajukan dan telah membangkitkan kembali semangat
politik Islam, meskipun kemajuan-kemajuan tersebut tidaklah secemer-
lang dengan apa yang telah dicapai pada masa klasik.
Sejarah kerajaan Turki Usmani yang ditulis di dalam buku-buku
tarikh Islam sering tidak mendapat porsi sebanyak yang diperoleh Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah. Melihat dari hasil budaya yang dipersembah-
kannya dipermukaan, Turki Usmani ini tidaklah bisa disamakan dengan