Rabu, 10 Agustus 2016

Contoh Resensi Novel - Resensi Novel Negeri 5 Menara






Resensi novel Negeri 5 menara

1.  Identitas Novel

Judul Buku                 : Negeri 5 Menara
Penulis                        : A.Fuadi
Penerbit                     : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit            : 2009
Jumlah halaman      : xii + 423
Kota tempat terbit : Jakarta
Kategori                    : Novel/fiksi


2. SINOPSIS

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP.  Alif sudah berencana melanjutkan sekolah ke SMU  negeri di padang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah dijurusan yang sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya Hamka, membuat mimpi Alif kandas.
Alif diberi pilihan sekolah di sekolah agama atau mondok di pesantren. Sempat marah tapi  akhirnya Alif ikhlas karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alifpun menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas saran dari pamanya dikairo alif kecil pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur : PONDOK MADANI. Walaupun awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di  Jawa bukan yang ada di dekat rumah mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah di luar ranah minang, namun akhirnya ibunya merestui keinginan Alif itu.
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan di pondok karena dia harus merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kalimat bahasa arab yang didengar Alif  dihari pertama PM (Pondok madani) mampu mengubah pandangan alif tentang mlanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum . “mantera” sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmadjid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur’an, belajar siang-malam,  harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 bulan pertama. Karena PM melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang ditetapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat di bayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dank e 5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulis selama lima belas hari. Namun, disela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dibawah menara mesjid, sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka kedepan.
Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekanya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, dan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu, semua terasa begitu kompak dan bersahabat , sampai pada suatu hari yang tak terduga , Baso, teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso,  membangkitkan semangat  Alif , Atang, Dulmadjid, Raja, dan Said untuk menamatkan di PM dan menjadi orang yang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di  benua Eropa dan Amerika, kini semua mimpi kami berenam telah berada lima Negara yang berbeda,  sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku (Alif) berada di Amerika, Raja di Eropa , sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan Dulmadjid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta. Di lima menara impian kami. Jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Pendengar.
MAN JADDA WAJADDA ”yang artinya “Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”.





Kelebihan Novel :
Novel ini berkisah tentang generasi muda bangsa yang penuh motivasi, bakat, semangat, dan optimisme untuk maju dan tidak mudah menyerah, merupakan pelajaran yang amat berharga bukan saja sebagai karya seni, tetapi juga tentang proses pendidikan dan pembudayaan untuk terciptanya sumberdaya insani  yang handal. A.Fuandi mengelola nostalgia menjadi novel yang menyentuh sekaligus menjadi diskusi kritis yang bersimpatik tentang pendidikan kehidupan.

Kelemahan Novel :
Kelemahan dari Novel Negeri 5 Menara adalah Klimaks cerita kurang menonjol sehingga para pembaca merasa  dinamika cerita sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca merasa cerita belum selesai setuntas-tuntasnya . hal ini mungkin disebabkan karena penulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebih-lebihkannya.

Kesimpulan :
Novel ini berjudul Negeri 5 Menara , karya A.Fuadi. Menceritakan tentang kisah 6 orang sahabat  generasi muda bangsa yang penuh motivasi, bakat, semangat, dan optimisme untuk maju dan tidak mudah menyerah dalam mencapai cita-cita. Yang mempunyai latar belakang berbeda, Alif yang berasal dari Minangkabau, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa, Sulawesi. Mereka datang dari luar jawa dengan tujuan menutut ilmu di Pondok Pesantren Madani, yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan “Pondok Pesantren Gontor”, di Jawa timur. Ada pepatah mengatakan “Tuntutlah ilmu samapi ke negri cina”. Dengan adanya niat dan tekad seerta kemauan yang keras , maka Allah akan memberikan jalan kemudahan.
Man Jadda Wajadda” barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan berhasil”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar